Madiun "Ditenggelamkan" Banjir

Sumber:Indo Pos - 22 Maret 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
MADIUN - Hujan deras yang mengguyur sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari membuat beberapa wilayah di empat daerah "tenggelam". Kawasan yang diterjang banjir itu berada di Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Magetan dan Ngawi.

Akibatnya, ratusan rumah, serta ribuan hektare sawah terendam air bah. Kerugian akibat banjir kali ini belum bisa dihitung, lantaran air masih menggenang hingga petang kemarin. Namun, diperkirakan, nominalnya mencapai ratusan juta.

Di Kota Madiun, empat kelurahan di Kecamatan Kartoharjo, diterjang banjir. Daerah terparah berada di Kelurahan, Pilangbango, Tawangrejo dan Kelun. Di daerah ini, ratusan rumah dan fasilitas umum serta ratusan hektare sawah terendam.

Dari keempat kelurahan tersebut, Kelurahan Kelun merupakan wilayah yang paling parah. Sedikitnya, 500 rumah terendam air antara 20 sampai 50 centimeter. Bahkan, di beberapa lokasi, genangannya setinggi satu meter. "Ini yang terparah dalam kurun waktu satu tahun terakhir," kata seorang warga setempat kepada koran ini, kemarin.

Kondisi ini juga dibenarkan Kepala Kelurahan Kelun Sutoyo Irianto. Menurutnya, banjir seperti ini memang terjadi hampir setiap tahun. Dia menyebutkan, antara bulan Januari-Maret 2006 lalu juga terjadi banjir sebanyak empat kali. "Namun tidak separah sekarang ini. Dulu kedalamannya paling hanya sampai 20 centimeter saja," ungkapnya.

Dia mengilustrasikan, tahun lalu, genangan air yang masuk ke kantor kelurahan hanya setinggi 10 centimeter. Sedangkan banjir kemarin, air yang masuk kantor kelurahan mencapai ketinggian 30 centimeter. Akibatnya, beberapa fasilitas umum di sekitar kantor kelurahan, seperti SDN Kelun, TK Kelun, Puskesmas Pembantu juga ikut tergenang. "Tidak bisa melakukan aktivitas, SD dan TK diliburkan," ujarnya.

Di wilayah Kelun, 9 RT dari 5 RW nyaris tenggelam. Masing-masing 5 RT di RW 5, sedangkan di RW 2, 3, 4, dan 6, masing-masing dua RT terendam air. Sejumlah warga mengungkapkan, air mulai naik dan menggenangi perumahan sejak sekitar pukul 03.00 dini hari. "Kira-kira justru setelah hujan mulai reda, air mulai meninggi," tutur sejumlah warga.

Sementara di Kelurahan Tawangrejo, kondisinya nyaris sama. SDN 02 Tawangrejo yang berada persis di sebelah utara kantor kelurahan setempat, juga terpaksa memulangkan para muridnya. Menurut kepala sekolahnya, Sri Suyati, para murid sempat datang ke sekolah. "Namun, karena ruang kelas tergenang, terpaksa kami dipulangkan," jelasnya.

Sedangkan warga Perumahan Rejomulyo Permai, Kelurahan Rejomulyo, seharian kemarin juga harus bersih-bersih rumahnya akibat tergenang banjir. Bahkan, akibat air yang meluap hingga di jalan, jalur Rejomulyo-Buk Malang (Pilangbango) sempat terputus. Sementara wilayah pemukiman di Pilangbango boleh dibilang paling ringan dari banjir ini.

Areal persawahannya di empat kelurahan tersebut juga banyak yang tergenang. Beruntung, hampir semua lahan padi di wilayah tersebut sudah dipanen. "Untungnya sudah panen. Seandainya belum, tidak tahu berapa kerugian yang harus kami derita," ujar Suryono, seorang petani di Tawangrejo.

Camat Kartoharjo, Sudandi, juga mengungkapkan minimnya kerugian akibat banjir ini. Dikatakan, memang ada sekitar lima hektare sawah yang belum panen terendam air. Namun, begitu air mulai surut, ternyata kerusakannya tidak terlalu parah.

"Dari pantauan kami, air yang masuk ke pemukiman terlihat surut menjelang pukul dua siang kemarin. Hanya genangan di jalan yang masih terlihat. Itu pun tidak terlalu dalam," terang Sudandi.

Ditanya solusi terbaik untuk mengatasi banjir yang selalu terjadi setiap musim penghujan tersebut, Sudandi mengatakan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menurutnya, untuk mengatasinya perlu koordinasi antar-daerah, yakni antara Pemkot dan Pemkab Madiun. "Sebenarnya, wilayah kita hanya dilewati sungai Piring dan Sono dari wilayah Kabupaten Madiun," ungkapnya.

Banjir Juga Terjang Tiga Kecamatan di Madiun Banjir juga menerjang tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Madiun. Yaitu: Kecamatan Madiun, Wungu dan Balerejo. Di Balerejo, 9 desa atau separo wilayah tersebut dilanda banjir.

Akibat terendam banjir, tanaman padi siap panen di beberapa wilayah dipastikan rusak. Selain itu, padi yang sudah dipetik banyak yang hanyut terbawa air lantaran ditinggal pemiliknya di lahan sawah.

"Rencananya tadi malam (Selasa, red) mau dierek (dirontokkan) tapi karena hujan tidak jadi. Sekarang malah kebanjiran," ujar Samirin, petani asal Desa Garon saat ditemui koran ini di areal persawahan yang terendam.

Selain sawah, di wilayah Balerejo banyak rumah penduduk setempat yang terendam air. Seperti yang dialami warga yang tinggal di Desa Babadan Lor, Garon, Warurejo, Gading dan Jerukgulung. Di desa tersebut ketinggian air mencapai 1 meter lebih sehingga banyak akses jalan desa yang tertutup. Warga yang ingin masuk atau keluar desa terpaksa berjalan kaki karena kendaraan tidak bisa masuk.

Menurut keterangan warga, saat hujan deras turun Selasa malam belum terjadi genangan air. Luapan air diketahui terjadi waktu subuh sekitar pukul 04.30. Semula ketinggian air hanya sebatas mata kaki. Tetapi dalam hitungan jam air semakin meninggi. Bahkan, Kali Jerohan yang melewat sebagian besar wilayah Kecamatan Balerejo, meluap.

Warga yang berharap air segera surut harus menelan kekecewaan. Pasalnya, semakin siang volume air semakin bertambah. Saat petang, areal sawah di Balarejo sepanjang jalur Madiun-Surabaya berubah jadi lautan. Padahal, pagi harinya, pucuk tanaman padi yang terendam air masih terlihat. Sedangkan desa-desa yang berada di lokasi langganan banjir air yang merendam rumah warga juga semakin tinggi. "Sekarang ini malah sudah mencapai dada," kata Winulyo, warga Dusun Kasreman Desa Balerejo saat ditemui koran ini pada pukul 14.00.

Banjir yang menggenang di Kasreman, lanjutnya diprediksikan akan lama surut lantaran air tidak bisa masuk ke Sungai Uluh yang berdekatan dengan dusun tersebut. Ini karena aliran air terhalang bangunan talud yang sedianya dibangun untuk mencegah luapan air Sungai Uluh. "Pintu airnya hanya satu itu saja ukuran kecil. Kalau airnya banyak seperti ini tidak bisa mengalir ke sungai. Kami sudah usul agar dibuat beberapa pintu air lagi supaya kalau banjir bisa dibuka," ujarnya.

Hal serupa terjadi di wilayah Kecamatan Wungu dan Madiun. Di Wungu tepatnya di Desa Tempursari berbatasan dengan wilayah Kota Madiun terendam air. Dilaporkan sebanyak 200 rumah dan 75 hektar lahan terendam banjir. Sedangkan di wilayah Kecamatan Madiun area sawah yang terendam air tercatat 87,5 hektar di 9 desa. Sedangkan rumah yang terendam sebanyak 74 rumah di Desa Sendangrejo dan Sumberejo.

Meski beberapa desa terendam air cukup tinggi, belum terlihat ada warga yang mengungsi. Warga terutama perempuan dan anak-anak memilih tetap tinggal di rumahnya masing-masing. "Sementara ini belum ada evakuasi. Tapi kalau kondisi membahayakan warga harus diselamatkan," ujar Sumarto, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Linmas) usai melakukan pemantauan di lokasi banjir bersama dengan Wakil Bupati Madiun H Muhtarom, petang kemarin.

Untuk memantau perkembangan banjir, Satkorlak Bencana Kabupaten Madiun mendirikan posko di Kantor Desa Garon. Di posko ini disediakan fasilitas dapur umum dan pelayanan kesehatan. Serta tim SAR yang dilengkapi peralatan penyelamat untuk mengantisipasi kondisi darurat. "Warga yang terisolir karena akses jalan tertutup disuplai makanan dari dari dapur umum. Karena mereka tidak bisa kemana-mana," jelasnya.

Diakui, untuk membantu mobilitas warga yang rumahnya terendam banjir Satkorlak tidak memiliki perahu karet yang cukup. Saat ini hanya ada 1 unit perahu karet untuk membantu tugas Tim SAR air. Ditambah 2 unit lagi pinjaman dari Kesatuan Brimob Polri Madiun. "Karena jumlahnya terbatas perahu karet hanya digunakan untuk situasi darurat. Untuk warga dibuatkan beberapa rakit dari drum yang pembuatannya dibiayai pemkab," tandasnya. (sad/yup)



Post Date : 22 Maret 2007