|
SULI--Kabupaten Luwu dilanda banjir dan longsor, Minggu 7 Mei, sekitar pukul 23.00 Wita. Tidak ada korban jiwa dalam bencana alam ini. Namun, empat desa dan satu kelurahan di Suli, tergenang, yaitu, Buntu Barana, Botta, Lindajang, Murante, dan Kelurahan Suli. Sampai Senin siang kemarin, pukul 14.00 Wita, Suli masih tergenang. Bahkan, SD Lempo Pacci terpaksa meliburkan siswanya, karena SD ini terendam. Fasilitas belajar mengajar di SD itu, seperti ruang kelas, meja, dan kursi berlumpur. Pantauan Fajar di lokasi banjir dan longsor ini, air sempat mencapai ketinggian 60 centimeter. Luapan air disertai longsoran itu, tidak hanya menggenangi permukiman penduduk, tetapi yang paling parah adalah kebun dan sawah penduduk setempat, tersapu banjir dan terendam longsoran dari hulu sungai Poringan. Bencana alam yang telah lama diresahkan masyarakat Suli itu, setiap musim hujan, sempat memacetkan trans Sulawesi poros Suli-Makassar, tepatnya di kawasan lapangan Andi Mangile. Poros ini tergenang beberapa jam, sehingga arus lalulintas macet. Untuk mengatur lalulintas, Kapolres Luwu AKBP Joko Irianto, menugaskan personel Satlantas mengatur arus lalulintas dari arah Makassar dan Palopo itu. Salah seorang tokoh masyarakat Suli di lokasi banjir, Muhammad Yani Mulake, menyebutkan, banjir di Suli ini memang tidak menelan korban jiwa. Namun, kerugian material yang disebabkan banjir ini, ditaksir mencapai ratusan juta rupiah. "Angka pastinya belum diketahui, tetapi nilai kerugiannya bisa ditaksir sampai ratusan juta," kata Mulake, prihatin. Dari data sementara yang diperoleh koran ini dari posko penanggulangan banjir di Suli, kebun kakao yang rusak berat karena disapu banjir dan tertimbun longsor mencapai 140 hektare berada di empat desa dan satu kelurahan. "Kebun cokelat rusak berat, karena isinya tersapu dan tertimbun longsor," keluh Masdin, S.Sos, lurah Suli. Untuk sawah yang tertimbun longsor dan tersapu banjir, sekitar 150 hektare, dan tambak siap panen rusak sekitar 120 hektare. "Jumlah ini baru data sementara, karena staf masih berada di lokasi banjir dan longsor," jelas Masdin. Dari pendataan itu, khusus petambak yang tambaknya tergenang banjir dan tertimbun longsor, urai Masdin, kerugiannya berkisar Rp5 juta. Ia bersyukur, karena dalam bencana alam ini, tidak ada korban jiwa dan luka-luka. Namun katanya, belasan rumah warga juga rusak berat, akibat dihantam banjir. Kepala Desa Buntu Barana, Sukirman Arsyad yang dikonfirmasi koran ini mengenai kerusakan di desanya akibat banjir, menyebutkan, tidak kurang dari 700-an ekor ayam yang diternak warga, hanyut tersapu banjir. Tak hanya itu, yang lebih memprihatinkan, sekitar 25 ton pupuk bersubsidi siap pakai yang ada di desa itu, sebut Sukirman, rusak tergenang. Sumber : (cbd) Post Date : 09 Mei 2006 |