Luapan Sungai Citarum Meluas

Sumber:Pikiran Rakyat - 12 Maret 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANDUNG, (PR).- Hujan deras yang mengakibatkan luapan Sungai Citarum meluas, membuat jumlah pengungsi di dua kecamatan di Kab. Bandung meningkat. Hal tersebut terlihat di Kec. Dayeuhkolot dan Kec. Baleendah.

Di Kec. Dayeuhkolot, warga terpaksa mengungsi hingga ke atap Musala Hidayatul Islam di Kp. Leuwibandung RT 1 RW 14 sejak Kamis (11/3) dini hari. Jumlah warga yang mengungsi di musala tersebut meningkat dari hanya 5 kepala keluarga (KK) menjadi 50 KK.

Ketua RT 1 RW 14 Endang yang ditemui di Desa Citeureup Kec. Dayeuhkolot, Kamis (11/3) mengatakan, warga terpaksa mengungsi hingga ke atap musala karena ruangan dalam musala seluas enam puluh meter persegi sudah penuh terisi oleh pengungsi lain. "Karena sudah tidak ada ruangan lagi di dalam, maka banyak warga yang menaiki musala agar sampai ke atap, dan memasang terpal supaya tidak kehujanan," kata Endang.

Dia mengharapkan, pemerintah segera mendistribusikan tikar dan tenda bagi para pengungsi di daerahnya. "Sebetulnya di depan (depan pintu masuk PLN Dayeuhkolot- red.) sudah ada satu tenda besar dan lima tenda kecil, tetapi semalam penuh karena banjir meluas sehingga warga terpaksa mengungsi ke musala," ucap Endang.

Ketinggian air di Kp. Leuwibandung sendiri hingga kemarin petang mencapai 1-2 meter. Sebelumnya pada dua pekan kemarin, air sempat surut sehingga warga kembali ke rumah masing-masing.

Di ruas Jln. Moh. Toha Dayeuhkolot, kemarin sore air juga menggenangi jalan dengan ketinggian antara 20-30 sentimeter sepanjang satu kilometer. Hal tersebut mengakibatkan kemacetan, dan diperparah karena bersamaan dengan waktu pulang para pegawai pabrik setempat.

Camat Dayeuhkolot Numan kepada "PR", Kamis (11/3) mengatakan, warga bisa mengungsi ke kantor desa atau kantor kecamatan jika tenda pengungsian sudah penuh. "Kami sudah menawarkan agar warga yang tidak bisa ditampung di titik pengungsian, bisa mengungsi ke kantor desa atau kecamatan. Selain agar lebih memudahkan distribusi bantuan, itu juga memudahkan mobilitas dapur umum," kata Numan.

Akan tetapi, Numan mengatakan, pihaknya masih menunggu keadaan hingga malam. "Kalau siang jumlah pengungsi sulit dideteksi, nanti akan kami lihat saat malam. Jika memang pengungsi tidak bisa ditampung di titik yang kami tentukan, kami akan meminta bantuan tenda ke pemkab," ucapnya.

Pengungsi meningkat

Sementara itu, jumlah pengungsi di Kec. Baleendah yang berasal dari Kel. Andir dan Kel. Baleendah terus bertambah. Hingga kemarin, jumlah pengungsi dari dua kelurahan ini mencapai 1.312 jiwa dari 434 KK. Banjir juga memutus Jln. Anggadiredja dengan ketinggian air 50 sentimeter. Sementara genangan air di Jln. Dayeuhkolot-Banjaran sekitar 10-20 sentimeter, tetapi masih bisa dilalui kendaraan. Di Kp. Cieunteung dan Kel. Andir, ketinggian air mencapai 1-2,5 meter.

Lurah Baleendah Heru Kiatno mengatakan, jumlah pengungsi di Kel. Baleendah sebanyak 866 jiwa dari 226 KK. "Jumlahnya meningkat lagi dibandingkan dengan kemarin (Rabu-red.). Sebagian warga yang sebelumnya mengungsi di tenda RW 28 juga akhirnya masuk ke Gedung Joeang," kata Heru.

Selain itu, sebanyak 15 jiwa dari 8 KK di Kel. Baleendah juga mengungsi di tenda RW 21 yang terletak di pinggir jalan dekat sungai Citarum. "Walaupun di pinggir jalan, tapi lokasinya aman," ujar Heru.

Camat Baleendah Usman Sayogi ketika dihubungi, Kamis (11/3) mengatakan, peningkatan jumlah pengungsi membuat jumlah titik pengungsian bertambah. "Sekarang titik pengungsian ada di Universitas Bale Bandung, Gedung Kwarcab Pramuka, Gedung Joeang, Kantor Inkanas, dan Aula DPC PDIP. Air masih terus meningkat, tetapi evakuasi warga yang akan mengungsi tidak ada," katanya. (A-175)



Post Date : 12 Maret 2010