Gresik, Kompas - Daerah banjir akibat luapan Kali Lamong, pada Minggu (27/3), makin meluas. Tidak hanya merendam tambak, sawah, dan permukiman penduduk, banjir juga membuat lumpuh lalu lintas di jalur utama Surabaya-Tuban mulai dari Terminal Bunder di Gresik hingga daerah perbatasan dengan Lamongan.
Air mulai menggenangi jalan poros utama Surabaya-Tuban di Tirem Enggal dan Ambeng-ambeng Watangrejo, Kecamatan Duduksampeyan, Kabupaten Gresik, dengan ketinggian 15-30 sentimeter. Genangan di jalur yang rusak, berlubang, dan bergelombang itu akhirnya menimbulkan kemacetan hingga sekitar 10 kilometer.
Untuk mengurangi kemacetan, Kepolisian Resor Gresik meminta para pengendara dari Surabaya menuju Tuban/Bojonegoro mengambil jalur lama atau Jalur Daendels.
Selain menimbulkan kemacetan panjang di jalur poros utama Surabaya-Tuban atau jalur pantai utara (pantura), banjir juga menyebabkan ribuan hektar tambak di Duduksampeyan dan Cerme terendam. Di tengah banjir, ratusan warga memanfaatkan kesempatan untuk berburu ikan dan udang yang lepas hingga di jalan-jalan. Riki, salah seorang warga, menyatakan, dia dan anaknya mendapatkan 1 kuintal bandeng.
Secara keseluruhan, luapan Kali Lamong menggenangi delapan kecamatan di Gresik, yakni Balongpanggang, Benjeng, Menganti, Cerme, Kedamean, Manyar, Kebomas, dan Duduksampeyan. Distribusi bantuan makanan siap santap terhambat karena semua jalur lumpuh tergenang air.
Kondisi tersebut diperparah oleh jebolnya lima titik tanggul, yakni tanggul di Desa Nglindah dan Cermen Lerek di Kecamatan Kedamean; Desa Bengkelo Kidul di Kecamatan Benjeng; serta Desa Pandu dan Joko di Kecamatan Cerme.
Sebagian warga terisolasi seperti warga di Dungus, Pandu, Jono, Morowudi, dan Iker-iker Geger di Kecamatan Cerme; Gluranploso di Kecamatan Benjeng, dan Cermen Lerek di Kecamatan Kedamean. Warga mulai mengungsi ke rumah kerabat.
Warga Cermen Lerek, Kecamatan Kedamean, juga mengungsikan ternak mereka. ”Ketinggian air mencapai 1,5 meter,” kata Sukardi, seorang warga.
Camat Cerme Bambang Wibisono menyebutkan, banjir merendam 17 desa, 2.659 hektar tambak, dan 491 hektar sawah. Kerugian di wilayahnya diperkirakan mencapai Rp 3,803 miliar.
Saat ini penanggulangan darurat dipusatkan di kantor kecamatan dengan dapur umum. ”Karena akses jalan terendam dan perahu karet terbatas, kami minta ada warga yang berinisiatif mengambil nasi bungkus di kecamatan,” katanya.
Sejumlah warga Morowudi mulai mengeluhkan sesak napas, gatal-gatal, dan demam. Oleh karena akses jalan terendam, relawan dan petugas medis mendatangi rumah warga dengan perahu karet untuk mengecek kondisi kesehatan. Sebagian warga datang ke Balai Desa Morowudi. ”Umumnya mereka mengeluh gatal, batuk pilek, dan panas dingin,” kata dr Musa, petugas medis.
Bengawan Solo
Sementara itu, status Bengawan Solo di Bojonegoro sudah diturunkan ke siaga I. Tinggi muka air di papan pantau 13,80 meter di atas permukaan laut.
Meskipun demikian, Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Pudjo Buntoro, meminta warga Lamongan dan Gresik untuk tetap perlu waspada.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro Kasiyanto menyebutkan, akibat meluapnya Bengawan Solo pada Sabtu lalu, rumah Wasiran, warga Desa Banjarjo, Kecamatan Padangan, hanyut terseret arus Bengawan Solo. Rumah itu hanya 3 meter dari tebing Bengawan Solo.
Empat warga sempat hanyut karena perahu penyeberangan terbalik terseret arus Bengawan Solo di tambangan (tempat penyeberangan) Ledokkulon, Bojonegoro. Mereka akhirnya berhasil ditolong petugas menggunakan perahu karet.
Dapur umum
Sementara itu, Tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto menyiapkan dapur umum darurat di rumah salah seorang warga di Dusun Balong, Desa Banyulegi, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi banjir akibat meluapnya Kali Lamong yang kian menyusahkan sebagian warga karena datangnya banjir yang tiba-tiba.
”Sejak bupati Pak Wandi sampai ganti bupati baru Pak Mustafa, warga sudah minta agar pemerintah segera membangun tanggul Kali Lamong, tetapi nyatanya sampai sekarang belum juga terealisasi,” kata Joko Ismoyo (24), warga Dusun Balong, Desa Banyulegi, Dawarblandong, Mojokerto, Minggu.
Joko yang juga relawan Tagana Desa Banyulegi mengatakan, banjir Kali Lamong yang meluap hingga menggenangi pekarangan dan rumah-rumah warga sekarang makin sering dan merepotkan.
”Dini hari kebanjiran hingga 1 meter lebih, tetapi siang hari sudah surut,” katanya.
Meski genangan air sudah surut, warga tetap waswas dan tidak bisa tenang karena luapan bisa sewaktu-waktu datang lagi. ”Sampai sekarang warga merasa tidak nyaman dan waswas menghadapi banjir walaupun sudah dibangun dapur umum darurat,” katanya.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto Agustiana mengatakan telah menyalurkan bantuan berupa beras, mi, kecap, sarden, dan ikan kering untuk korban banjir di wilayah Balong dan Klanting.
”Kami bersama Tim Tagana siap sewaktu-waktu jika memang korban banjir membutuhkan tenda dan dapur umum,” katanya.
Trenggalek aman
Meski dua pekan sebelumnya lonsgor membuat jalur Ponorogo-Trenggalek terputus, hujan deras beberapa hari terakhir di Jawa Timur tak sampai menimbulkan banjir pada sungai-sungai di wilayah Kabupaten Trenggalek. Humas Pemkab Trenggalek Yoso Mihadi menjelaskan, lokasi-lokasi rawan banjir sampai saat ini masih aman. (ACI/TIF/ODY)
Post Date : 28 Maret 2011
|