Luapan Bengawan Solo Rendam 117 Desa

Sumber:Koran Tempo - 29 Desember 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Bojonegoro -- Banjir akibat luapan Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, makin luas. Apalagi hujan lebat turun sepanjang hari. Kawasan yang tergenang bukan hanya permukiman warga, tapi juga lahan pertanian dan sejumlah jalur transportasi. Kemarin ketinggian air Bengawan Solo di pintu air Karang Nongko mencapai 31,25 meter, padahal angka normalnya hanya 26 meter.

Luapan air sungai menyebabkan 117 desa tergenang dan enam desa terisolasi. Rumah yang terendam 20.378 unit. Jumlah pengungsi juga meningkat dari 362 jiwa menjadi 862. Evakuasi warga dilakukan ala kadarnya. "Perahu karet hanya ada empat," kata Jhoni Nurharyanto, juru bicara Kabupaten Bojonegoro.

Banjir melumpuhkan jalur transportasi Bojonegoro-Padangan-Cepu, yang merupakan jalan nasional. Jalur Bojonegoro-Cepu-Ngawi pun terputus karena air meninggi hingga satu meter.

Di Solo, sedikitnya 12 kelurahan tergenang setelah pengelola Waduk Gajah Mungkur melepas air hingga 200 meter kubik per detik karena ketinggian muka air waduk mencapai 136,55 meter. "Kalau tidak dibuka, waduk jebol dan Surakarta bisa tenggelam," kata Suwartono, Kepala Jasa Air dan Sumber Air Perum Jasa Tirta I Wonogiri.

Luapan Bengawan Solo menerjang pula Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Sebanyak 10 ribu warga dari enam desa terisolasi dan terjebak banjir. Mereka bertahan di atap-atap rumah dan tempat yang tinggi. Informasi yang dihimpun Tempo menyebutkan tiga warga meninggal. Satu karena terseret banjir dan dua karena kelaparan.

Kepala Kepolisian Sektor Kwadungan, Ngawi, Ajun Komisaris Polisi Prayogi, mengatakan alat transportasi yang tersedia terbatas. "Satu perahu karet digunakan bergantian," katanya.

Menurut koordinator dapur umum di Posko Kwadungan, Agus Budiono, kondisi warga makin parah karena stok makanan habis. Sebanyak 200 nasi bungkus yang dibuat dari jatah beras untuk keluarga miskin juga ludes.

Luapan air Bengawan Solo di Jawa Timur, kata Gubernur Jawa Timur Imam Utomo, terjadi akibat tidak adanya pintu air. Satu-satunya dam hanya ada di Jawa Tengah. Aliran air sungai langsung menuju Laut Jawa.

Banjir di Bojonegoro sama besarnya dengan kejadian serupa pada 1986 dan 1996. Tapi kerusakan kali ini lebih parah dan lebih besar. "Apalagi hujan masih terus turun," kata Maskan Ali, Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Bojonegoro.

Perum Jasa Tirta I Malang menilai turunnya mutu lingkungan di daerah aliran sungai Bengawan Solo sebagai penyebab banjir. "Lingkungan sudah rusak," kata Kepala Bagian Humas dan Hukum Perum Jasa Tirta I Wahyu Dutonoto.

Adapun di Kudus, Jawa Tengah, banjir membuat ribuan warga diungsikan ke Stadion Wergu Wetan dan gelanggang olahraga karena rumah mereka terendam. Evakuasi berjalan lancar karena aparat sigap dan bantuan puluhan truk dari pabrik rokok. "Kini kita berfokus ke dapur umum," kata Badri Hutomo, Sekretaris Pemerintah Kabupaten Kudus.IMRON ROSYID | MUH SYAIFULLAH | ZED ABIDIN | BANDELAN A | JALIL HAKIM | ROCHMAN TAUFIQ | ROFIUDDIN | DINI MAWUNTYAS | BIBIN BINTARIADI



Post Date : 29 Desember 2007