|
Cimahi, Kompas - Akibat longsor di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Senin (21/2) dini hari, setidaknya 32 orang meninggal dan ratusan orang masih tertimbun tumpukan sampah. Menurut data yang diperoleh dari posko bencana hingga sekitar pukul 19.00, para relawan telah menemukan 28 warga Desa Batujajar, Kecamatan Leuwigajah, dalam keadaan meninggal dunia, 66 orang selamat, dan 63 warga lainnya hilang. Empat korban meninggal lainnya adalah warga Kota Cimahi. Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah terletak di antara wilayah Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi. Sebanyak 10 warga dirawat di dua rumah sakit, yaitu Rumah Sakit (RS) Dustira dan RS Cibabat, Cimahi. Data terakhir, dua warga telah diperbolehkan pulang. Longsor ini dapat menyebabkan banyak korban jatuh karena luas TPA mencapai 25 hektar dan tinggi bukit sampah mencapai lebih kurang 22 meter dari permukaan jalan. Ketika longsor terjadi, sampah menerjang ke kawasan bawah bukit sampah (jarak sekitar satu kilometer), di mana terletak permukiman penduduk. Tak ayal, sampah yang longsor menutup ratusan rumah penduduk dengan ketinggian lima sampai sepuluh meter. Salah seorang korban meninggal adalah bayi perempuan berusia dua bulan bernama Imel. Menurut petugas posko bencana, jenazah Imel telah dibawa kerabatnya untuk dimakamkan. Sementara korban terakhir yang ditemukan dalam keadaan tewas adalah Sopiyan. Menurut keterangan yang dikumpulkan di lokasi kejadian, tiga rukun warga (RW) yang terkena longsor itu adalah RW 08, RW 09, dan RW 12 di Kampung Pojok dan Kampung Cilimus, Desa Batujajar Timur, Kecamatan Leuwigajah. Menurut Kepala Desa Batujajar Timur Saepul Bachri yang ditemui di posko bencana, wilayah paling parah yang terkena longsoran sampah adalah RW 09, sementara RW 08 dan RW 12 hanya sebagian yang terkena longsor. Hingga Senin sore, empat backhoe sudah digunakan untuk mengeruk sampah yang menimbun rumah warga. Namun, kegiatan pengerukan tidak bisa dilanjutkan karena hari sudah malam. Beberapa warga yang rumahnya terkena longsor berusaha menyelamatkan barang-barang yang masih ada, seperti lemari pakaian, televisi, kasur, dan beberapa peralatan dapur. Mereka menaruh barang-barang itu di sisi kiri dan kanan jalan. Sebagian besar mengungkapkan, mereka akan membawa barang-barang itu ke tempat tinggal saudaranya di desa tetangga. Beberapa korban yang ditemui menuturkan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 02.00, Senin, ketika sebagian besar penduduk tertidur lelap. Menurut Ade, salah satu korban yang selamat, ketika peristiwa itu terjadi ia belum tidur. Sekitar pukul 02.00, tatkala baru saja mematikan televisi, ia mendengar suara ledakan keras. "Seperti ledakan petasan besar. Bunyinya mirip suara bom," katanya. Mendengar suara itu, Ade langsung keluar rumah. Ketika itu, setelah bunyi ledakan, Ade melihat ada api menyala dari bagian utara tempat pembuangan sampah. Ia menggambarkan bentuk api itu seperti bola api yang berpendar. "Terang sekali. Waktu itu saya kira api berasal dari pabrik yang ada di atas," katanya. Tidak lama kemudian, ia mendengar bunyi gemuruh. Setelah mengamati lebih cermat, ternyata gunungan sampah yang berada di sebelah utara bergerak cepat menuju bagian selatan. Segera saja ia membangunkan seluruh anggota keluarganya dan membawa mereka ke tempat yang lebih aman. "Semuanya selamat, tetapi dua di antaranya dirawat di rumah sakit," katanya. Menurut salah seorang saksi mata, Herman, yang ditemui di lokasi pengungsian di Sekolah Dasar Batujajar Timur II, beberapa saat sebelum peristiwa itu terjadi, ia berada di halaman depan rumah. Ketika hendak masuk ke dalam rumah, ia mendengar bunyi ledakan yang sangat keras. "Tidak lama kemudian datang suara gemuruh. Bukit sampah yang dulu cukup jauh jaraknya dengan rumah kini menjadi sangat dekat. Tinggal dua meteran dari bagian belakang rumah saya," katanya. Setelah itu, ia mencari tahu tentang peristiwa itu. Ternyata, gunungan sampah setinggi lebih kurang 22 meter dari permukaan jalan yang berada di bagian selatan longsor dan mencapai wilayah permukiman warga. Mengetahui ada longsoran sampah, Herman segera mengevakuasi keluarganya ke tempat yang lebih aman. Setelah itu, ia berusaha mencari tahu kondisi kerabat dan tetangganya. "Sebagian dari mereka tidak bisa diselamatkan. Baru setelah itu, bersama beberapa warga lain, saya lapor kepada pihak terkait," tuturnya. Menurut Kepala Desa Batujajar Timur Saepul Bachri, setidaknya ada 139 rumah warga yang tertimbun longsoran sampah. Jika dihitung dengan pemiliknya, korban akan lebih banyak lagi. Data yang ada pada Saepul, dari sekitar 139 rumah, tujuh rumah tertimbun berada di RW 08, delapan berada di RW 12, dan sisanya berada di RW 09. Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan sempat mengunjungi lokasi kejadian. Ia mengatakan, peristiwa longsor ini bisa terjadi karena tanah yang ada di lokasi kejadian bukan tanah yang terbentuk secara alami, tetapi berasal dari tumpukan sampah yang telah ada selama bertahun-tahun. Karena itu, dalam posisi tumpukan sampah yang semakin tinggi dan dibarengi dengan kondisi alam (hujan dan terbentuknya gas amonia), pergeseran itu bisa saja terjadi. Danny segera menginstruksikan pihak-pihak terkait untuk melakukan langkah-langkah penanggulangan terhadap peristiwa ini. Langkah pertama yang harus diambil adalah mencari para korban sesegera mungkin. Untuk itu ia memerintahkan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Barat segera mengirimkan alat berat ke lokasi. "Dengan cara apa pun, alat-alat itu harus bisa masuk ke lokasi," katanya. Selanjutnya, tutur Danny, langkah yang ditempuh pemerintah adalah memberikan perawatan dan pengobatan kepada seluruh korban. Jika diperlukan, para korban dirawat di rumah sakit. Danny menjamin pemerintah akan mengganti biaya perawatan rumah sakit bagi para korban. "Selain itu, yang terpenting adalah segera merelokasi penduduk yang tinggal di sekitar wilayah ini. Saya akan membicarakan hal ini dengan tiga kepala pemerintahan yang terkait, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi," katanya. Danny belum bisa memerinci mengenai permasalahan relokasi tersebut karena harus dibicarakan dengan tiga kepala pemerintahan itu. Gubernur tidak menutup kemungkinan menutup lokasi pembuangan sampah ini untuk selama-lamanya atau menggunakan teknologi terbaru guna mengurangi kemungkinan terjadinya bencana. Namun, hal itu masih harus dibicarakan dengan beberapa pihak. (MHD) Post Date : 22 Februari 2005 |