|
PALEMBANG - Derasnya hujan yang turun dalam dua pekan terakhir menyebabkan terjadinya musibah tanah longsor di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Musibah longsor yang selalu terjadi setiap tahun di daerah itu kali ini mengakibatkan dua penduduk tewas, yakni Rini (16) dan Kasim (14). Kedua korban kakak-beradik itu tewas setelah rumahnya di Kompleks Perumnas Griya Selawi Indah, Jalan Borneo V, porak-poranda akibat tertimpa tanah longsor. Hingga kini, rumah mereka belum dapat dihuni kembali karena kerusakan yang cukup parah. Hujan juga telah menyebabkan tanah longsor di ruas jalan raya Kota Lahat menuju Kota Pagaralam. Hujan deras yang mengguyur Kota Lahat telah membuat tanah di permukiman penduduk seperti bergeser. Warga mengatakan, air yang bercampur tanah mengalir begitu deras dan menerobos dinding-dinding rumah di perumahan warga kota dan menjebolnya. Orangtua kedua korban, Sunaryo mengatakan, saat longsor menimpa rumah, dua anaknya masih berada di dalam sehingga warga berusaha menyelamatkannya dan segera melarikannya ke rumah sakit. "Waktu itu, kami tak bisa berbuat apa-apa, arus air begitu deras, dan menjebol rumah. Anak Bapak Sunaryo tak terselamatkan," ujar Halim, seorang tetangga Sunaryo kemarin. Kedua korban yang sempat dirawat di RSUD Lahat, mengalami patah tulang pada kaki dan dada. Diperkirakan, keduanya terjepit dinding rumah. Akibat longsor juga menyebabkan jalan poros yang menghubungkan Kota Lahat dan Pagaralam sejak Rabu dini hari lumpuh akibat longsor telah menutupi badan jalan yang termasuk Jalur Lintas Tengah Sumatera ini. Setidaknya ada lima titik ruas jalan tertutup tanah, yakni Muara Riben, Terkul, Dusun Jati, Pulau Pinang dan Desa Pelawi. Onggokan tanah yang datang dari tebing-tebing di pinggir jalan memenuhi badan jalan. Akibatnya, kendaraan sama sekali tidak bisa lewat. Namun sekitar pukul 14:00 Wib kemarin, kelima titik longsor tersebut sudah bisa dilalui kenderaan, namun harus bergiliran satu-satu. Kapolres Lahat AKBP Nugroho Adi Wijayanto menyatakan keprihatinannya atas musibah longsor yang menimpa warga Kota Lahat. Dia mengimbau para pengemudi agar waspada, sebab hujan belum begitu reda sehingga selain jalanan licin juga sewaktu-waktu bisa terjadi longsor susulan. Sementara itu, transportasi Palembang-Lubuklinggau melalui jalur kereta api (KA) lumpuh total karena ada lintasan rel yang longsor sepanjang 120 meter di dua titik antara Stasiun Saungnaga-Tebingtinggi. Akibatnya, KA penumpang Serelo dan Sindang Marga dibatalkan keberangkatannya. Karcis yang telah terlanjur dijual terpaksa ditarik kembali. Informasi yang diperoleh, longsor terjadi di dua titik. Masing-masing di km 488 atau 4 km dari Stasiun Saungnaga. Akibat hujan deras, rel menggantung dengan ketinggian 20 cm sepanjang 40 meter. Sementara lokasi kedua, di Km 487 cukup parah dengan ketinggian mencapai dua meter, sepanjang 80 meter. Upaya perbaikan tengah dilakukan oleh petugas teknik di lapangan. Palangkaraya Luapan sungai juga telkah menyebabkan musibah di Kalimantan Tengah (Kalteng). Hujan lebat beberapa hari terakhir menyebabkan sungai Lamandau, di Kabupaten Lamandau, Kalteng meluap tinggi menerjang ribuan rumah dan memutus jaringan jalan. ketinggian air kini telah mencapai dua meter lebih hingga ribuan rumah panggung di sisi kiri dan kanan sungai terendam. Banjir itu datang sejak seminggu lalu, sampai saat ini terus naik meski perlahan 20 sampai 30 cm setiap 24 jam. Akibat banjir tersebut, sebuah jaringan jalan dari Nanga Bulik, Ibu Kota Kabupaten Lamandau menuju beberapa kawasan permukiman terputus. Sekitar 3.000 warga yang bermukim di Desa Kujan, Nanga Bulik, Batu Kotam, dan daerah transmigran SP E-1 terisolasi. Melewati bagian terputus untuk melayani kebutuhan hidup masyarakat terpaksa digunakan perahu mesin kecil (klotok). Sementara itu, Asisten II Bupati Lamandau Drs Alvonso Sadar kepada Pembaruan di Palangkaraya, Kamis (15/1) mengatakan, banjir di Sngai Lamandau memang dianggap rutin oleh masyarakat setempat. Setiap musim hujan air sungai pasti meluap tinggi, hingga terjadi sekitar empat dalam setahun. Namun, banjir kali ini agak serius dibanding banjir sebelumnya. Di samping sudah berlangsung seminggu dan belum menunjukkan tanda-tanda surut, mulai berjangkit penyakit muntah berak. Pihak dinas kesehatan setempat sudah membentuk tim khusus penanganan. Namun pertolongan tidak bisa cepat dilakukan karena kesulitan komunikasi dan transportasi. Hal itu menyebabkan empat korban, yang semuanya anak-anak, meninggal dunia. Relokasi Sementara itu, 94 keluarga terdiri dari 413 jiwa, waga Dusun Sigandul, Desa Mojotengah Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jateng, akan segera direlokasi ke tempat yang aman. "Selama ini, mereka merasa tidak tenang karena setiap hari dihantui akan tertimbun tanah longsor," kata Bupati Batang, Bambang Bintoro SE ketika dikonfirmasi Pembaruan Kamis (15/1) pagi di kantornya. Menurut bupati, Dusun Sigandul merupakan satu-satunya daerah yang masih terisolasi di Kabupaten Batang sehingga bila mereka sudah direlokasi, Batang bebas daerah terisolir. "Untuk mencapai daerah itu, harus melewati daerah tetangga, yaitu Desa Kepakisan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, yang masuk wilayah Dataran Tinggi Dieng," tambah bupati. Untuk keperluan relokasi tersebut, Pemkab telah menyediakan lahan di Desa Gerlang Kecamatan Blado yang cukup luas. Untuk pembangunan relokasi ini, harus koordinasi dengan pihak Perhutani karena bekas tempat tinggal mereka harus ditukar dengan lahan milik Perhutani. Selain itu, warga yang direlokasi bisa ikut program kemitraan yang dilakukan Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan. Warga diizinkan mengolah lahan milik Perhutani dengan sistem bagi hasil, dan ikut menjaga kelestarian hutan. Rencana relokasi ini disambut hangat warga Dusun Sigandul yang mayoritas buruh tani. (106/133/057) Post Date : 16 Januari 2004 |