|
MEMPERINGATI Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni kemarin, sekitar 100 aktifis lingkungan hidup di Kalsel menggelar aksi peduli lingkungan. Yang paling unik, mereka juga melakukan long march kelotok menyusuri sepanjang Sungai Martapura di Kota Banjarmasin, Minggu (5/6). Para aktivis yang bergabung dengan berbagai elemen mahasiswa itu mengawali aksinya dengan berkumpul di kampus Unlam Banjarmasin, kemudian berjalan menuju ke Museum Wasaka yang terletak di samping Jembatan Banua Anyar. Di situ para mahasiswa dengan menyewa lima perahu kelotok kembali menyusuri Sungai Martapura sampai depan Balai Kota Banjarmasin. Setiap kelotok yang mereka tumpangi terpampang spanduk yang bertuliskan seruan untuk memperhatikan lingkungan. "Pendangkalan sungai akibat penumpukan sampah, setetes air untuk sejuta umat, alih fungsi sungai menjadikan banjir," demikian bunyi sebagian spanduk tersebut. Di sepanjang perjalanan tak jarang rombongan harus menyusur di antara tumpukan-tumpukan sampah. Bahkan seringpula, di pinggiran sungai, mereka melihat ulang warga yang dengan seenaknya membuang berbagai limbah rumah tangga. Lebih ironis, di tengah pendangkalan sungai, para aktivis juga melewati tembok-tembok beton di bantaran sungai yang sebenarnya tak sesuai lagi dengan konsep penataan kota. Selama perjalanan para aktifis selalu mengajak dan menyerukan untuk mencintai dan melestarikan lingkungan. Seperti saat berada di depan Gubernuran dan depan Balai Kota, mereka melakukan orasi menuntut kepada pemerintah jangan lagi membuat kebijakan pembangunan yang mengabaikan soal lingkungan. "Lingkungan ini bukan warisan nenek moyang yang diberikan kepada salah seorang saja untuk dieksploitasi dan dihabiskan isinya untuk kepentingan pribadi. Tetapi lingkungan untuk dijaga dan dilestarikan sumber daya alamnya untuk kemakmuran rakyat banyak," teriak Andi, seorang aktivis. Lebih lanjut mahasiswa STIEI Banjarmasin ini menegaskan, akibat keserakahan manusia ditambah kebijakan pemerintah yang tidak lagi menghiraukan lingkungan hidup, warga masyarakat akhir-akhir ini sering dibikin pusing dengan munculnya bencana alam. Misalnya saja banjir yang setiap hujan turun menggenangi kawasan Kota Banjarmasin, dan juga sulitnya warga mendapatkan air bersih. "Air yang ada sekarang ini tidak bersih lagi sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Ini salah satu akibat kecerobohan manusia yang membuang sampah sembarangan. Sungai yang menjadi salah satu sumber air tidak dapat diandalkan lagi karena banyak sungai yang mengalami pendangkalan akibat kebijakan pembangunan yang serampangan," urainya. Aksi diakhiri dengan pembacaan pernyataan sikap disertai pembagian selebaran dan stiker, yang berisi seruan agar ikut menjaga kelestarian lingkungan. "Lingkungan adalah sumber kehidupan bagi makhluk hidup maka stop pencemaran terhadap lingkungan". c5 Post Date : 06 Juni 2005 |