Jakarta, Kompas - Pelaksana Harian Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Selatan Yayat Hidayat, Jumat (29/10), mengatakan, curah hujan yang tinggi dan kondisi drainase yang buruk menyebabkan lokasi genangan air di Jakarta Selatan bertambah. Semula ada 15 lokasi genangan, tetapi kini ada 22 lokasi. Sementara lokasi banjir cenderung tetap, yaitu 14.
Sebanyak 22 lokasi genangan air itu ada di Jalan Hasanuddin (pintu masuk Blok M), Jalan Wijaya I, Jalan Aditya Warman, Jalan Antasari (depan Pasar Impres), Jalan Kompleks Kejaksaan (Pasar Minggu), Jalan TB Simatupang (depan SPBU), Jalan Sungai Sambas I dan IV, Jalan Pulo Mawar, Jalan Kemandoran (depan Al-Azhar), Jalan Kapten Tendean (depan Kantor Pos), Jalan Kapten Tendean (depan Trans TV), dan Jalan Kapten Tendean (jalan layang Gatot Subroto).
Selain itu, genangan juga sering muncul, antara lain, di Jalan Saharjo, Jalan Abdul Safei, Jalan SMPN 115, Jalan Asem Baris, Jalan MT Haryono, Jalan Tebet Raya, Jalan Tebet Timur Dalam II, Jalan Raya Pasar Minggu (depan Pospol Pancoran), dan terowongan Bungur.
Sementara kawasan banjir terpantau sering terjadi di Gang Perintis Tebet, Bukit Duri, Kampung Melayu Kecil, Jalan Wijaya Timur, Tendean (kompleks Tarakanita), Tebet Timur Dalam, Jalan Supomo di Kecamatan Tebet, Jalan Supomo di depan Kampus Universitas Sahid, Kemandoran VIII, Jalan Pulo Raya (Villa Pejaten Indah), Jalan Bank, Jalan Darmawangsa X, Kemang (depan LPPI), dan Jalan Kemang Raya (depan KFC).
Menurut Yayat, lokasi genangan air terparah di Kecamatan Tebet dan Kebayoran Baru.
”Pengerukan saluran terus berlangsung dan sampai kini masih berjalan. Namun, saluran yang ada tetap tidak dapat menampung debit air karena curah hujan cukup tinggi,” kata Yayat.
Tetap bertahan
Warga yang menempati bantaran Kali Baru di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat, tetap bertahan. Mereka tidak mau pindah sampai diusir aparat Pemkot Depok. Para pemilik lapak nekat bertahan karena tidak punya pilihan lain.
Longsor susulan sempat terjadi setelah longsor Selasa (26/10) lalu yang membuat tujuh lapak hancur dan tiga warga terperosok ke dasar kali. Longsor talut Kali Baru kini memakan badan Jalan Raya Bogor. Tidak ada pembatas jalan di sisi talut sehingga membahayakan lalu lintas kendaraan.
”Saya nekat saja. Saya akan terus di sini sampai benar-benar dibongkar (lapaknya). Angsuran lapak saya belum lunas, jangankan mikir pindah dari sini, mikir membayar angsuran ke bank saja saya pusing,” tutur Kartim (49), pemilik lapak warung kopi di lokasi longsor, Jumat (29/10) di Depok, Jawa Barat.
Cipto (43), penjual mi ayam, mengaku sudah menerima perintah pengosongan tempat itu pada awal Oktober. Dalam surat yang dikeluarkan Dinas Bina Marga, Kota Depok, itu disertai rencana pembongkaran paksa. ”Saya sudah terima suratnya (pengosongan), biarlah.”
Kepala Dinas Bina Marga Kota Depok Yayan Arianto mengatakan, banyak bangunan yang melanggar garis sempadan sungai (GSS) di Kali Baru. Pelanggaran GSS mulai dari ruas perbatasan Cibinong (Kabupaten Bogor) sampai mengarah ke Kramatjati (Jakarta Timur). (nel/ndy)
Post Date : 30 Oktober 2010
|