|
SENGKANG -- Pemadaman bergilir yang dilakukan PLN berimbas pada operasional kerja PDAM Kabupaten Wajo. Instansi yang mengurusi kebutuhan air ini dipaksa merugi puluhan juta rupiah karena pemadaman tersebut. Dirut PDAM Wajo Drs A Muh Amin Dewang mengatakan saat PLN melakukan pemadaman listrik sekali dalam sehari selama empat jam, pemadaman tersebut tidak terlalu memengaruhi produksi air PDAM. Namun setelah PLN mengubah sistem pemadamannya dari dua sampai tiga kali sehari dengan waktu dua jam, pengaruhnya sangat besar terhadap produksi air PDAM. "Kami tidak mau menjadikan PLN kambing hitam, namun kenyataannya memang demikian, terutama setelah sistem pemadaman berubah," kata Dewang.Menurut dia, diperlukan waktu dua jam untuk menyuplai air dari bak penampungan PDAM ke pipa yang disalurkan kepada masyarakat sebagai konsumen. Biasanya air belum sampai ke konsumen namun PLN sudah melakukan pemadaman. Hasilnya, air pun tidak bisa dinikmati oleh konsumen. Perhitungannya jika pada saat tidak ada pemadaman lampu, PDAM bisa menjual sampai 1.000 kubik air. Tetapi saat ini PDAM maksimal hanya bisa menjual 800 kubik air. Dia mengakui produksi air dari instalasi pengolahan air di Wajo mengalami penurunan sebanyak satu liter perdetik, dari empat buah pipa yang ada hanya bisa memproduksi 72 liter perdetik, yang seharusnya 80 liter perdetik. "Pengurangan debit air bukan hanya karena pemadaman listrik, namun juga karena pengaruh kemarau yang menyebabkan air dalam sumur hanya setinggi 2 meter dari permukaan sehingga mempengaruhi volume air," imbuh dia. Post Date : 27 September 2005 |