|
Jakarta, Kompas - Bencana air bah yang melanda Kabupaten Sinjai dan beberapa kabupaten lainnya di Sulawesi Selatan, Selasa (20/6), selain akibat hujan terus-menerus selama tiga hari, juga diduga akibat kerusakan lingkungan berupa penggundulan hutan di sekitar Gunung Bawakaraeng. Air bah yang dahsyat itu menyapu permukiman penduduk yang berada di pinggir Sungai Mangontong, Sinjai. Hal ini dikemukakan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dalam keterangan pers, Rabu kemarin di Istana Wapres, Jakarta. "Penyebabnya, hujan selama tiga hari terus-menerus menimbulkan air bah. Apalagi, saya kira di kawasan sekitar Gunung Bawakaraeng ada penggundulan. Dulu air bah itu terjadi juga di Sungai Jeneberang di Kabupaten Gowa. Dulu juga ada penebangan liar. Biasanya, air bah yang datang tiba-tiba itu mengindikasikan karena hutannya tidak sempurna lagi," ujar Wapres. "Korban bisa mencapai 150-an orang. Karena itu, pemerintah menyatakan belasungkawa kepada para korban," tambahnya. Wapres mengatakan, untuk sementara sambil menunggu pendataan, Bakornas mengirimkan uang Rp 1 miliar dan sejumlah bantuan makanan dan obat-obatan. "Dana dan bantuan itu untuk tanggap darurat dulu," katanya. Terhadap kerusakan infrastruktur jalan di wilayah tersebut, di antaranya di Bulukumba, Jusuf Kalla menyatakan, pemerintah segera memperbaiki jalan negara tersebut agar transportasi bisa normal kembali. Kawasan Lompobatang Di Makassar, Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Sulsel Tan Malaka Guntur mengemukakan, banjir dan tanah longsor yang melanda empat kabupaten itu diduga akibat penggundulan hutan di bagian hulu, yaitu di kawasan Gunung Lompobatang yang merupakan kawasan penyangga bagi Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai. Menurut dia, saat ini kondisi kawasan lindung di Gunung Lompobatang amat kritis akibat alih fungsi lahan hutan. Kawasan kritis itu merupakan bagian dari sekitar 600.000 hektar lahan hutan di Sulsel yang kondisinya kritis akibat alih fungsi lahan, penggundulan hutan, serta kaburnya batas antara hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi. "Kerusakan kawasan lindung Gunung Lompobatang terjadi sepanjang Daerah Aliran Sungai Jeneberang. Di kawasan hulu sudah gundul, air hujan yang tidak tertampung menjadi air permukaan yang akhirnya meluncur ke kawasan hilir," papar Tan Malaka. Penggundulan di kawasan lindung Gunung Bawakaraeng, menurut Tan Malaka, sudah terjadi sejak 15 tahun terakhir ini. Menurut Kepala Sub-Bidang Pelayanan Jasa Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar Hanafi, berdasarkan pantauan satelit NOAA (National Oceanic Atmospheric Administration), curah hujan tanggal 20 Juni 2006 selama 24 jam mencapai 177 mm. (HAR/DOE/REN/SSD) Post Date : 22 Juni 2006 |