|
MALANG--MIOL: Limbah sampah khususnya jenis sampah basah yang rata-rata volumenya mencapai 400 m3/hari di lingkungan Kota Malang, pada tahun 2006 ini ditargetkan bisa dikelola dan diolah menjadi cairan air aki (accu). Kepala Dinas Kebersihan Kota Malang Sugiantoro, Rabu, mengakui, di Malang, Rabu, pihaknya bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dan Fakultas Pertanian Unibraw sudah melakukan penelitian dan tahun 2006 ini juga dilakukan percobaan, namun masih dalam skala kecil. "Saat ini, kami sudah melaksanakan pembangunan sarana pendukung dikawasan Tempat pembuangan Akhir (TPA) Supiturang dan anggaran untuk proses pembuatan cairan air accunya juga masih relatif kecil yakni hanya Rp100 juta, karena disesuaikan dengan kapasitas produksi selama masa uji coba," katanya. Teknis pengolahan limbah sampah basah menjadi cairan air accu tersebut, katanya, yang lebih paham secara detail adalah tim dari Unibraw dan pihaknya hanya tahu pengolahannya dengan memanfaatkan rembesan air limbah sampah basah. Menyinggung hasil produksi pengolahan limbah sampah basah menjadi cairan air accu tersebut, Sugiantoro mengatakan, siapapun yang membutuhkan bisa meminta dengan mengganti kemasannya saja, kalau nanti ternyata hasilnya menjanjikan, maka akan dikembangkan menjadi industri yang berorientasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain akan mengembangkan pengolahan limbah sampah menjadi cairan air Accu, lanjutnya, pihaknya juga telah memanfaatkan limbah sampah tersebut menjadi kompos (komposting) yang langsung dikelola di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sehingga yang dibawa ke TPA Supiturang adalah limbah yang sudah dimanfaatkan. Hanya saja, katanya, tidak seluruh TPS sudah melakukan pengolahan limbah sampah menjadi Komposting, hanya lima lokasi yakni TPS Tlogomas, Gadang, Velodrom Sawojajar, Tasikmadu serta Malabar dengan anggaran dana masing-masing TPS sebesar Rp40 juta dan tahun ini juga akan mengembangkan lagi di tujuh lokasi (TPS). Ia mengakui, pengelolaan komposting tersebut juga belum optimal dan tidak berorientasi pada profit (tidak dijual), karena kapasitas produksi yang tidak terlalu banyak tersebut juga selalu habis dipakai masyarakat yang membutuhkan dengan kompensasi mengganti tempat kemasannya. "Kami berharap dua alternatif pengelolaan sampah tersebut bisa meminimalisir produksi limbah sampah baik sampah rumah tangga maupun industri yang ada di daerah ini," ujarnya.(Ant/OL-1) Post Date : 05 April 2006 |