Limbah Elektronik Belum Tertangani

Sumber:Kompas - 22 September 2006
Kategori:Sampah Jakarta
Jakarta, Kompas - Penanganan sampah dengan prinsip 3R (reduce, recycle, dan reuse), yaitu mengurangi dari sumbernya, daur ulang, dan guna ulang serta pemisahan sampah organik dan "nonorganik" untuk mempermudah pengolahannya sebenarnya telah lama disosialisasikan. Namun cara itu hingga kini masih terbatas dilakukan di beberapa kota besar saja.

Sampah organik dibuang dan ditimbun begitu saja. Dan ini hanya ditangani instansi pemerintah mulai dari tempat penampungan sementara hingga ke tempat pembuangan akhir. Hanya sampah nonorganik saja berupa plastik, besi, kaca, dan beberapa material lainnya yang mulai didaur ulang oleh industri kecil.

Sementara itu sampah elektronik berupa trafo, bohlam, radio, TV, telepon, dan komputer serta komponen pendukung lainnya, belum ada yang menangani secara sistematik. Padahal dari waktu ke waktu sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun ini, seperti poli klorit bifenil yang bersifat karsinogenik terus menumpuk, hingga berpotensi mencemari lingkungan dan membahayakan bagi kesehatan manusia.

Dalam International Workshop on Technologies for Waste Recycling, di Jakarta, Selasa (19/9), Dr Arie Herlambang, Kepala Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup mengungkapkan hal itu. Pasalnya, industri lokal yang umumnya bermodal kecil belum mampu menanganinya karena mesin pengolahannya masih harus diimpor dengan harga yang mahal. Pasar penampung produk daur ulang sampah elektronik juga belum terbentuk.

Padahal limbah ini juga memiliki prospek yang baik bila diolah. Di dalamnya terkandung logam mulia seperti emas, perak, platinum, paladium, dan timah. Industri pengolah logam mulia di Batam misalnya, dari kapasitas 1.250 ton per tahun, menghasilkan 23 persen logam mulia.

Selain logam mulia, dalam lokakarya yang dilaksanakan Pusat Teknologi Lingkungan BPPT dengan SIDA Swedia juga diperkenalkan teknologi baru pengolahan limbah untuk merkuri, disebut Mercury Recovery Technology. Dijelaskan Dr Kardono, Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, pendaur ulangan merkuri, lebih murah dibandingkan bila harus menambangnya.

Efek lain daur ulang merkuri mengurangi bahaya pencemaran di lingkungan, dapat dimanfaatkan kembali, dan mengurangi eksploitasi tambang. Selama ini pemanfaatan merkuri sudah meluas, misalnya untuk baterai, termometer, lampu neon. (YUN)

Post Date : 22 September 2006