|
Medan, Kompas - Lima pasien diare yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan meninggal dalam empat hari ini. Mereka sebagian besar dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. "Belakangan ini pasien diare tetap tinggi. Kami sudah berkoordinasi dengan dinas kesehatan untuk menyosialisasikan ke masyarakat cara hidup sehat. Untuk menekan angka kematian, kami minta agar masyarakat sadar agar segera membawa anaknya ke rumah sakit terdekat. Rata-rata yang dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi parah," kata Juru Bicara Rumah Sakit Pirngadi Medan Hanas Hasibuan, Senin (21/5) di Medan. Tingginya jumlah penderita diare di RSU Pirngadi Medan, kata Hanas, perlu diwaspadai karena bisa jadi akan terus merenggut korban. "Paling tidak, perkembangan di lapangan perlu dipantau. Perlu ada kerja sama yang baik antara pihak rumah sakit dengan dinas kesehatan yang bertugas di lapangan," tutur Hanas. Senin di RSU Pirngadi Medan tercatat 19 pasien diare. Dua pasien asal Medan meninggal dunia Minggu (20 Mei) malamFatur Kurniawan (1,4) dan Alia Irawan (6 bulan). Hari Minggu ada 20 pasien diare. Seorang pasien asal Medan Ismalik Siregar (8 bulan) meninggal dunia. Pada hari Sabtu (19 Mei), jumlah pasien diare tercatat 26 orang. Dari jumlah itu, 2 di antaranya meninggal Jumat (18 Mei), yaitu Emmanuela (1,5) dan Amelia (1). Data dari pusat informasi RSU Pirngadi, Jumat, jumlah pasien 21 orang. Sebagian besar pasien meninggal malam hari, sehingga tercatat meninggal keesokan harinya. Anak-anak Pihak rumah sakit yang dikelola Pemerintah Kota Medan itu menempatkan seluruh pasien diare di Ruang III anak. Umumnya penderita diare yang dirawat adalah anak-anak berusia tiga bulan sampai 14 tahun. Salamah, orangtua pasien Angga (1,3), sudah empat hari berada di RSU Pirngadi. Anak keempat Salamah itu sudah dua minggu menderita diare di rumah. "Anak saya lemas terus dan demam tinggi. Hari ini saja, dia buang air sampai delapan kali," tuturnya. Demikian juga anak Samsudin (28), Fitirana Fauziah (3,5), suhu tubuhnya juga tinggi, di atas 38 derajat Celsius. Pasien diare itu biasanya dirawat di rumah sakit atau klinik di dekat rumah. Mereka dirujuk ke RS Pirngadi untuk opname karena gejalanya semakin parah. Nur Aini dan Nur Hayati sempat membawa anak mereka ke klinik di dekat tempat tinggalnya. Setelah berkali-kali mendapat pengobatan, dokter menyarankan ke rumah sakit. "Mungkin anak saya kemasukan bakteri dari makanan yang dia makan sembarangan. Namanya juga anak- anak yang sedang lincah-lincahnya. Saya kurang mengawasi saat dia main," kata Nur Hayati. (NDY) Post Date : 22 Mei 2007 |