BEKASI, KOMPAS.com — Lima pasar di Kota Bekasi telah mengolah sendiri sampah menjadi kompos untuk mengurangi volume sampah yang dibawa ke tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Bantar Gebang serta memberikan nilai ekonomis.
Kelima pasar itu adalah Pasar Baru, Pasar Kranji, Pasar Sumber Arta, Pasar Jati Asih, dan Pasar Bantar Gebang. Kepala Bidang Penataan Dinas Kebersihan Kota Bekasi Abdul Malik, Senin (22/6), mengatakan, setiap pasar dengan peralatan mesin sederhana sesungguhnya mampu mengolah lima meter kubik sampah per hari. Volume sampah yang dihasilkan setiap pasar tersebut rata-rata 15 meter kubik per hari.
Untuk pengolahan sampah tersebut pemerintah kota telah memberikan bantuan dana pembelian mesin melalui APBD. Ia mengatakan, sampah tersebut dicacah, digiling, difermentasi, dan diberi campuran bahan tertentu hingga hasil akhirnya berupa pupuk kompos, tetapi produknya belum dikomersilkan.
Di lima pasar tersebut, armada mobil yang ada kini mampu membawa sampah ke TPST Bantar Gebang hingga tidak lagi terjadi penumpukan sampah yang berakibat sanitasi lingkungan jadi jelek. "Hasil dari produk sampah berupa kompos itu belum dikomersilkan. Ke depan dengan makin banyaknya produksi akan diupayakan ada nilai ekonomis dari sampah tersebut," ujarnya.
Kepala Dinas Kebersihan Kota Bekasi Edi Rosyadi mengatakan, pengolahan sampah di pasar-pasar sangat berperan dalam menekan volume sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang. Ia mengatakan, sampah yang dihasilkan warga setempat mencapai 125 ton per hari sementara armada pengangkut sampah yang ada baru mampu mengangkut sekitar 30 persen dari volume sampah tersebut.
Armada mobil yang dimiliki Kota Bekasi sebanyak 87 unit, terdiri atas 18 unit jenis ambrol, 50 dump truck, dan sisanya light truck. Ia minta masyarakat berperan serta dengan mengolah sendiri sampah, seperti membakar atau mengubur agar beban tugas dari aparat kebersihan bisa dikurangi.
Post Date : 22 Juni 2009
|