|
LAMONGAN - Lahan pertanian seluas sekitar 4.980 hektare di lima kecamatan di Lamongan mengalami kekeringan. Bahkan, 50 hektare di antaranya sudah mengalami puso (gagal panen). Kelima kecamatan tersebut, Lamongan seluas 2.742 hektare, Turi 1.160 hektare, Glagah 638 hektare, Sukodadi 96 hektare, dan Kedungpring 344 hektare. Sementara lahan pertanian puso di Sukodadi seluas 50 hektare. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan, Djoko Purwanto melalui Kabag Humas dan Protokol, Aris Wibawa menyatakan, lahan pertanian yang kekurangan air tersebut umumnya ditanami padi dengan umur 40 hingga 65 hari. ''Tidak menutup kemungkinan luas areal pertanian yang mengalami kekurangan air semakin meluas karena saat ini musim kemarau dan tidak ada suplay air,'' kata dia. Aris menambahkan, lahan pertanian yang kekurangan air tersebut bersifat spekulatif. Sebab, para pemiliknya sejak awal sudah diperingatkan agar pada masa tanam musim kemarau (MK)-II sekarang ini tidak menanami lahan pertaniannya dengan tanaman yang membutuhkan air, seperti padi. ''Para pemilik lahan pertanian berspekulatif. Kalau tanaman padinya mati karena kekurangan air, itu adalah resikonya,'' tandas mantan camat Solokuro ini. Selain kekurangan air untuk pertanian, kata Aris, juga ada kecamatan yang kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan data dari PDAM Lamongan, wilayah Kecamatan Bluluk menyampaikan permintaan untuk disuplay air bersih karena ada wilayahnya yang mengalami kekurangan air bersih akibat kemarau. Untuk mengatasi masalah kekurangan air saat musim kemarau, katra dia, salah satu upaya Pemkab Lamongan adalah mengeruk waduk di desa-desa. ''Dengan pengerukan itu diharapkan kapasitas tampungan air di waduk-waduk tersebut menjadi meningkat saat musim penghujan, sehingga diharapkan bisa untuk cadangan air saat kemarau,'' terangnya.(feb) Post Date : 05 Agustus 2008 |