Lima Kecamatan Dikepung Banjir

Sumber:Indopos - 11 Maret 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

SRAGEN - Banjir kembali melanda Kabupaten Sragen. Luapan Bengawan Solo dan anak sungainya menggenangi sedikitnya lima kecamatan di daerah tersebut. Akibatnya, jalan-jalan kampung tidak dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat.

Kondisi paling parah terjadi di Dusun Saru dan Dusun Jetak, Desa Pringanom, Kecamatan Masaran. Ratusan rumah dan jalan menuju dua dusun tersebut tergenang air setinggi 130 sentimeter.

Pantauan Radar Solo (Grup Jawa Pos) di Dusun Sari dan Dusun Jetak, sampai kemarin pagi (10/3), air masih menutup jalan. Warga yang ingin keluar rumah atau sebaliknya terpaksa menggunakan perahu gethek (bambu). Sebab, kendaraan roda dua tidak berani menerobos air karena khawatir mogok.

Sementara itu, anak-anak sekolah tetap nekat menerobos air dengan sangat pelan. "Kami terpaksa mencincing (mengangkat celana, Red) agar tidak terkena air. Ini terpaksa kami lakukan karena air sudah mengepung daerah kami," ujar Rizky Pratama, 16, yang akan berangkat ke sekolah.

Warga lain, Suyadi, 45, mengatakan, air Bengawan Solo meluap ke daratan sekitar pukul 02.00 dini hari. Sebelumnya, pukul 11.00 hingga pukul 12.00, hujan mengguyur Desa Pringanom. Intensitas hujan Minggu (9/3), menurut Suyadi, juga cukup deras.

"Sebagian warga sudah memprediksikan hujan yang terus-menerus pasti akan menyebabkan Bengawan Solo dan Sungai Grompol meluap. Dugaan itu benar, air masuk ke rumah warga sekitar pukul 02.00 dini hari," papar Suyadi.

Kendati air sudah masuk rumah, umumnya warga memilih bertahan dan tidak mengungsi. Di beberapa tempat, ketinggian air mencapai setengah meter. Ratusan hektare sawah juga terendam.

"Biasanya, air baru surut setelah berhari-hari. Itu pun tergantung curah hujan. Artinya, jika tidak hujan, air akan cepat surut. Sebaliknya, banjir akan makin menjadi-jadi bila hujan terus turun," imbuhnya.

Selain Kecamatan Masaran, banjir juga melanda empat kecamatan lainnya. Yakni, Kecamatan Plupuh, Tanon, Sidoharjo, dan Sragen kota. Ketinggian air mencapai 30-130 cm. "Air di tempat kami juga sudah sangat mengkhawatirkan. Sebab, Desa Karanganyar (Kecamatan Plupuh) berada di sisi barat Bengawan Solo," tandas Sumardi, warga setempat.

Pantauan koran ini, di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, sejumlah warga mengevakuasi hewan ternak mereka seperti sapi dan kambing ke lokasi yang lebih aman. Sapi-sapi itu digiring ke jalan-jalan desa yang tidak tergenang air.

"Kami masih trauma dengan banjir beberapa waktu lalu yang membuat ternak kami stres. Makanya, untuk menghindari itu, saya ungsikan sapi terlebih dahulu," ujar Tikno, warga lainnya.

Kepala Badan Kesbangpolinmas Sragen Wangsit Sungkono mengatakan, pihaknya belum bisa mendata total kerugian akibat banjir kali ini. Kerugian, lanjutnya, baru bisa dihitung setelah air surut.

Meski banjir kali ini cukup besar, tidak sampai menggenangi rumah-rumah warga. Dari pantauan sementara, air hanya menggenangi lahan pekarangan dan areal pertanian. "Banjir yang terjadi sekitar pukul 02.00 kemarin tidak sebesar yang lalu," imbuhnya.

Walau demikian, tim Satlak Penanggulangan Bencana (Satlak PBP) sudah siaga. Tidak kurang lima perahu karet bermesin milik Pemkab Sragen sudah disiagakan untuk evakuasi.
(her/bun/jpnn/ib)



Post Date : 11 Maret 2008