|
Pelaihari, BPost Wajah Budi (27) sumringah sejak dua hari lalu. Betapa tidak, kini warga yang bermukim di kawasan Gagas Barata, Pelaihari, ini tidak perlu lagi hilir mudik mencari air setelah air leding di kediamannya kembali mengalir lancar. "Alhamdulillah sekarang seluruh bak penampung air saya penuh. Mulai Selasa malam tadi air leding PDAM ngalir lagi, bahkan cukup deras," kata Budi. Kelegaan hati bapak satu anak bukan tanpa sebab. Selama lima hari sejak Kamis (10/8) pekan lalu, air leding di rumahnya sama sekali tidak mengalir. Budi pun harus pontang-panting mencari air untuk kebutuhan sehari-harinya. Beruntung ada pedagang air yang kadang melintas di depan rumahnya di Jalan Hadji Boejasin dekat simpang tiga Parit. Per 12 jerigen masing-masing volume 30 liter dibeli seharga Rp10 ribu. "Tak apa meski lebih mahal, tapi cepat dan bisa membeli sesuai kebutuhan. Memang lebih murah jika membeli dari mobil tangki PDAM, tapi datangnya lambat dan harus banyak membelinya yakni satu tangki isi 3.000 liter," ucap Budi. Seperti biasa di musim kemarau, manajemen PDAM Pelaihari menyediakan jasa penjualan air bersih via mobil tangki. Tahun ini harganya meningkat menjadi Rp50 ribu (volume 3.000 liter) dari sebelumnya Rp25 ribu. Volume 4.000 liter dijual Rp60 ribu. Umumnya yang membutuhkan pelayanan tersebut adalah warga non pelanggan PDAM. Pasalnya, sebagian besar sumur mereka kering saat musim kemarau. Secara khusus PDAM menyuplai air bersih subsidi tangki untuk penduduk di Kecamatan Kurau. Plt Dirut PDAM Pelaihari Dwi Wahatno Bagio menerangkan saat ini memang ada tiga kawasan permukiman di Pelaihari yang rawan yaitu Gagas Barata, Jalan Basuki Rahmat, dan Sarang Halang. Ketiga kawasan padat penduduk itu berada topografi yang tinggi sehingga pompa air PDAM tidak sulit menjangkau. Keterbatasan ini diperparah dengan susutnya air sumur bor di Sarang Halang. "Susutnya kandungan air sumur bor itu menyebabkan turunnya tekanan pompa. Kapasitasnya sekarang cuma 0,5 liter per detik dari sebelumnya 3 liter," jelas Wahatno. Meski begitu pihaknya terus berupaya maksimal untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat. Diantaranya menerapkan pola suplai bergilir. "Kami juga terpaksa mengurangi suplai. Contohnya, suplai malam hari di kawasan Atu-Atu kami alihkan untuk kawasan Gagas Barata, Basuki Rahmat, dan Sarang Halang," jelas Wahatno. Langkah tersebut terpaksa dilakukan agar seluruh pelanggan mendapatkan air. Pasalnya karena faktor topografi, adakalanya satu kawasan yang berlimpah air, sedangkan di tempat lain kekurangan air leding. Kompleks perumahan Bajui Raya, di Desa Atu Atu, misalnya, nyaris tidak pernah kekurangan air siang maupun malam. roy Post Date : 25 Agustus 2006 |