|
Cirebon, Kompas - Warga Cirebon berbondong-bondong mendatangi Balaikota Cirebon, Jawa Barat, Senin (10/11). Mereka meminta pertanggungjawaban Pemkot Cirebon akibat krisis air bersih lima hari terakhir. Warga, antara lain, berasal dari Nuansa Majasem, Griya Sunyaragi Permai, Perumahan PDK, Jembaragung, dan Karya Mulya. Krisis air melanda hampir semua wilayah Cirebon. Pusat bisnis di Jalan Siliwangi pun tidak menikmati kucuran air PDAM. Krisis air terjadi karena mata air Cipaniis di Kabupaten Kuningan yang menjadi sumber air baku PDAM Cirebon ditutup oleh Pemkab Kuningan, Rabu (5/11), karena Pemkot Cirebon tidak mau membayar dana kompensasi konservasi Rp 1,75 miliar. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga Cirebon harus antre ke tetangga atau mushala yang punya sumur bor. ”Kami terpaksa begadang untuk mendapatkan air,” kata Amien, warga Nuansa Majasem. Warga berniat tidak membayar tagihan PDAM karena hal itu. Wali Kota Cirebon Subardi meminta maaf kepada warga. Hal itu diungkapkan ketika menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Pahlawan di Balaikota Cirebon maupun saat berdialog dengan masyarakat yang berunjuk rasa. Subardi menjelaskan, masalah sudah diselesaikan dengan Pemkab Kuningan. Pemkot Cirebon akan membayar uang kompensasi secara bertahap sampai tahun 2009. Mata air Cipaniis sudah dibuka pada Jumat (7/11). Namun, air perlu waktu untuk bisa mengalir ke rumah warga. Menurut Sekretaris Daerah Kota Hasanudin Manap, untuk membuka katup perlu waktu karena bertahap hingga 49 kali. Tiap kali perlu jeda 15 menit guna mengeluarkan angin dari pipa. (NIT) Post Date : 11 November 2008 |