|
JAKARTA (MI): Menteri Lingkungan Hidup (LH) Rachmat Witoelar mengaku telah membentuk tim untuk meneliti lebih lanjut hasil riset Swiss Federal Institute of Aquatic Secience and Technology. Dalam riset tersebut dinyatakan daerah pesisir timur Sumatra adalah wilayah yang paling terkontaminasi arsenik. Bahkan, ribuan warga yang tinggal di Kepulauan Riau, ditemukan menderita kelainan kesehatan hingga cacat genetik yang diduga akibat terkontaminasi limbah bahan beracun berbahaya lainnya (Media Indonesia, 21/7). "Saya belum dapat menjawab secara detil untuk kebenarannya. Saya belum mengetahui persis, tetapi Kantor LH telah membentuk tim di bawah Deputi IV bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang akan mencari sumbernya," jelas Rachmat ditemui sesudah membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Analisa Dampak Lingkungan (Amdal) 2008, kemarin. Sementara itu, pakar ekologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Taufikurahman mengatakan, pemerintah pusat dan daerah melalui Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH), harus lebih aktif memonitor limbah industri yang mengandung racun. "Jika hasil monitoring terbukti ada industri yang limbahnya mengandung bahan berbahaya, dan dibuang sembarang sehingga berdampak terhadap lingkungan di sekitar, maka pemerintah pusat maupun daerah harus mengambil tindakan tegas. Antara lain, menyetop industri tersebut," ujar Taufikurahman di Bandung, Jawa Barat, kemarin Menurutnya, anilisis mengenai Amdal tidak bisa memprediksi dan menditeksi kandungan limbah beracun yang ditimbulkan industri. "Dengan memonitor industri, pencemaran seperti arsenik dapat diminimalisasi," jelasnya. Ia menambahkan pencemaran arsenik tidak bisa diukur dengan besar dan kecilnya kandungan racun. "Hanya dengan kadar yang sangat sedikit, limbah berbahaya seperti arsenik dapat mencemari lingkungan di sekitar, dan sangat berbahaya bagi jiwa manusia," tutur Taufikurahman. (EM/IK/*/N-1) Post Date : 23 Juli 2008 |