|
TEMPO Interaktif, Jakarta:Lebih dari 400 pemulung harus kehilangan pekerjaan menyusul ditutupnya tempat pembuangan sampah sementara (TPS) Semper Timur Jakarta Utara. Penutupan TPS seluas lima hektar ini dilakukan Forum Betawi Rempug (FBR) tiga pekan lalu. Namun, hingga kemarin, FBR masih tampak berjaga-jaga di tempat itu. ?Mulai 9 Mei, truk pengangkut sampah sudah tidak boleh masuk,? kata Kasimin, 54 tahun, salah seorang bos pemulung kepada wartawan, Jakarta, Minggu (5/6). Dia mengaku telah mengirimkan surat permohonan dibukanya kembali TPS kepada pihak pemerintah Jakarta Utara. Dia menambahkan, TPS Semper yang berada di Jalan Cakung kilometer 3,5, Kelurahan Semper Timur, Cilincing ini terdapat sekitar 44O pemulung yang menghuni sekitar 170 rumah. Kasimin menjelaskan, akibat penutupan itu, kini sebagian besar pemulung kehilangan pekerjaan. Bahkan, lebih dari separuh pemulung telah mudik ke kampungnya. Dia mengaku, tidak bisa mengerti alasan FBR melakukan penutupan itu. Dia menambahkan, setiap harinya pemulung mempunyai penghasilan rata-rata Rp 3-10 ribu. ?Itupun kalau sedang mujur, ? kata pria asal Bawen, Jawa Tengah ini. Hal senada dikatakan Sumiyati, 55 tahun. Nenek tiga cucu ini menuturkan akibat penutupan ia harus kehilangan pekerjaannya. Padahal, sebelum ditutup ia mempunyai penghasilan rata-rata Rp 150 ribu per bulan. ?Saya sekarang makan saja susah, ? tuturnya lirih. Janda asal Boyolali, Jawa Tengah ini mengklaim telah tinggal di tempat itu sejak 20 tahun lalu. Namun, yang ia herankan kenapa penutupan itu baru dilakukan sekarang. Padahal, tempat yang dulunya adalah rawa ini telah diurug menggunakan tahi besi oleh warga sehingga menjadi rata. Berdasarkan pantauan Tempo, TPS Semper dipagari menggunakan pagar kawat yang diikatkan kepada batangan kayu. Di depan TPS, berkibar dua buah bendera FBR berwarna hijau muda. Ketika Tempo berkunjung kesana, suasana relatif sepi. Hanya tampak beberapa pemulung yang duduk di bale-bale rumahnya. Dihubungi terpisah, Ketua Koordinatoriat Wilayah VI FBR Jakarta Utara Abdul Hasyim membenarkan perihal penutupan itu. Menurut dia, penutupan dilakukan atas permintaan seorang pengusaha pemilik lahan yang juga atasannya. Selain itu, Lahan itu, kata dia, bukan untuk pembuangan sampah. Sementara itu, Lurah Semper, Himawan belum dapat dikonfirmasi. Ketika Tempo menghubungi, telepon selulernya tidak ada yang mengangkat. Juru Bicara Pemerintah Daerah Jakarta Utara Asep Rohyani mengatakan, berdasarkan informasi sementara yang ia peroleh, lahan TPS Semper memang milik perorangan. ?Tapi saya masih harus cek ke badan pertanahan nasional,? katanya. Sementara itu, mengenai keterlibatan FBR, ia menduga bahwa pengusaha itu tidak mampu melakukannya sendiri, sehingga meminta bantuan. Dia juga mengklaim, penutupan TPS tidak akan menggangu proses pembuangan sampah di Jakarta Utara. ?Sampah langsung di buang ke Marunda dan Rorotan, ? ungkapnya. Dia juga mempermasalahkan, status kependudukan pemulung yang ada disana. Menurutnya, berdasarkan informasi lurah setempat, pemulung sebagian besar adalah warga pendatang. ewo raswa Post Date : 05 Juni 2005 |