|
Palembang, Kompas - Dampak banjir yang dialami warga Kota Palembang menjadi semakin bertambah parah akibat layanan air bersih dari PDAM terhenti selama dua hari. Akibatnya, sebagian besar korban banjir harus menggunakan air sungai untuk beraktivitas sehari-hari, khususnya membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Untuk kebutuhan minum, warga membeli air bersih swasta. Pantauan Kompas, Minggu (30/11), sebagian besar warga yang mengalami kesulitan air bersih berada di Kelurahan Sekip Ujung dan Kelurahan Pakjo. Selain sibuk membersihkan rumah dan perabotnya yang kotor akibat genangan air, sebagian warga juga terlihat sibuk mengambil air dari Sungai Bendung. Sebagian lainnya sibuk antre membeli pasokan air bersih dari sejumlah pedagang keliling. Menurut Nuryani (34), ibu rumah tangga dari RT 32 Kelurahan Sekip, layanan air bersih dari PDAM Kota Palembang terhenti sejak Sabtu (29/11) pagi. Hingga Minggu sore, layanan air bersih tersebut belum bisa dinikmati warga. Nuryani mengeluhkan kebijakan PDAM yang justru mematikan layanan pada saat terjadi banjir. ”Kami kan butuh air bersih yang jumlahnya cukup untuk membersihkan rumah dan kebutuhan sehari-hari. Tetapi, justru tidak tersedia dengan baik. Ini sangat menyusahkan kami,” kata Nuryani. Nuryani menuturkan bahwa dirinya terpaksa mengeluarkan uang berlebih untuk membeli pasokan air bersih seharga Rp 1.200 per liter. Air bersih yang dibeli dari seorang pedagang keliling ini khusus digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak. Sementara untuk kebutuhan mencuci baju dan membersihkan baju, Nuryani dan warga lainnya terpaksa menggunakan air dari Sungai Bendung. ”Cukuplah untuk sekadar mengepel dan membersihkan lumpur di halaman rumah,” katanya. Perbaikan rutin Budi W, staf pelayanan pelanggan PDAM, menjelaskan, gangguan layanan air bersih ini terjadi karena adanya pembersihan rutin di jaringan kolam dan pipa kepada pelanggan. Perbaikan ini membutuhkan waktu sekitar dua hari. Selain faktor pemeliharaan rutin, bencana banjir juga menghambat penyaluran air bersih kepada pelanggan. Hal ini karena sejumlah kenop pembuka saluran air terendam banjir sehingga petugas di lapangan kesulitan melaksanakan pelayanan. (ONI) Post Date : 01 Desember 2008 |