TANGERANG -- Kota Tangerang akan menyerahkan pengelolaan air bersih di sembilan dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, Banten, kepada swasta. Sembilan kecamatan itu terbagi atas dua zona, yakni zona Karang Tengah, Pinang, Larangan, dan Ciledug (Karpiladug), serta zona Neglasari, Jatiuwung, Benda, Batuceper, dan Periuk (Riungdaperuk).
"Kami memang harus dibantu pihak ketiga," kata Direktur Utama PDAM Tirta Benteng, Kota Tangerang, Achmad Madju Kodri, Jumat lalu. Zona-zona itu ditawarkan untuk digarap bersama karena pemerintah kota tak mampu menutupi investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 1,6 triliun. Empat kecamatan lainnya yang masuk zona Cipondoh, Tangerang, Karawaci, dan Cibodas tidak akan ditawarkan karena sudah terikat kerja sama dengan PT Bintang Aiten Jaya, Malaysia.
Kerja sama dengan swasta, menurut Kodri, adalah salah satu cara terbaik untuk melayani masyarakat, yang kini masih kekurangan air bersih. Hingga saat ini sudah ada tiga perusahaan yang menjajaki untuk berinvestasi, yakni PT Acuatico, PT Tirta Sidoarjo, dan sebuah perusahaan lokal.
Diserahkannya pengelolaan air bersih itu diharapkan bisa melayani 250 ribu sambungan air bersih atau melayani sekitar 1,25 juta jiwa empat tahun mendatang. Pada 2015, pemerintah kota menargetkan pemasangan 200-250 ribu sambungan, dan semua warga Kota Tangerang bisa menikmati air bersih.
Direktur PT Acuatico Air Indonesia Abdulbar M. Mansoer mengakui rencana kerja sama melalui anak perusahaannya, PT Aetra Air Tangerang, dengan Kota Tangerang. "Sedang penjajakan, kami sudah membicarakannya dengan Wakil Wali Kota Tangerang," kata Abdulbar. Untuk proyek itu, Acuatico menyiapkan dana Rp 500 miliar untuk investasi jaringan air bersih dengan catatan proyek infrastruktur yang baru fisibel dan tidak dalam sengketa. Untuk Kota Tangerang, Acuatico siap menyediakan air bersih siap minum.
Layanan air bersih Tirta Benteng Kota Tangerang dinilai buruk oleh pelanggan. Sebanyak 2.500 pelanggan air di Perumahan Duta Gardenia, Kecamatan Benda, menyatakan akan berhenti berlangganan air ke PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang. Menurut mereka, pelayanan air bersih yang mereka terima dalam beberapa tahun terakhir ini buruk. "Kami sudah mengajukan permohonan untuk berpindah langganan, dan ini adalah akumulasi dari kekecewaan pelanggan yang tidak mendapatkan pelayanan dengan maksimal," kata Ketua RW 08 perumahan itu, Agustinus Fransantoso, kemarin.
Pengajuan permohonan untuk pindah berlangganan air bersih ini, kata Agustinus, karena tidak ada alternatif lain. Air PDAM sudah tidak dapat digunakan lagi. "Kami terancam krisis air bersih," kata Agustinus.
Perumahan yang terdiri atas 1.600 keluarga atau 6.000 jiwa ini sudah bertahun-tahun. Selain kerap mati, airnya keruh, berbau, dan warnanya kehitaman, sehingga tidak layak dikonsumsi, baik untuk air minum maupun mencuci. Warga telah lama menyampaikan keluhan masalah air bersih kepada pengurus RW 08, satu-satunya ketua rukun warga di sana. "Kami sudah bertahun-tahun mengalami masalah air, sampai kapan kami harus begini terus?" kata Agustinus.
PDAM tidak pernah memberi tahu pelanggan, kata Agustinus, jika berhenti memasok air selama berjam-jam dalam sehari. "Kalaupun airnya mengalir, tidak mencukupi kebutuhan sehari, karena air yang keluar dari keran rumah warga dalam bentuk tetesan."
Ada pula warga yang tak pernah mendapat pasokan air sejak 1994. Bambang Haryono, warga RT 02, membayar iuran setiap bulan sebesar Rp 30 ribu. "Meski tidak dapat air, tapi bayar terus."
Warga perumahan yang hanya berjarak 200 meter dari Bandara Soekarno-Hatta itu pernah mengajukan permohonan pemindahan instalasi dari PDAM Tirta Kerta Raharja ke PDAM Tirta Benteng pada April 2008. Namun tidak ada kelanjutannya. JONIANSYAH | ENDRI K
Post Date : 14 Maret 2011
|