|
Jakarta, Kompas - Penanggulangan bencana banjir yang kerap melanda DKI Jakarta pada bulan Januari-Februari harus dilakukan dengan pola kerja sama yang terpadu, efektif, dan efisien. Kerja sama antarinstitusi ini akan meminimalkan kerugian yang timbul akibat bencana. ”Kita berharap jangan terjadi bencana. Namun, kalaupun ada bencana, kita lebih siap menghadapinya,” kata Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) Jaya Mayjen TNI Darpito Pudyastungkoro dalam apel siaga penanggulangan bencana alam di Markas Kodam Jaya, Jakarta, Selasa (6/1). Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengatakan, saat ini Jakarta sudah siap menanggulangi dampak banjir, terutama mencegah jatuhnya korban jiwa dan menolong pengungsi. Semua sistem dan peralatan yang akan digunakan untuk mengatasi banjir juga sudah siap dipakai. Dalam apel siaga tersebut diperlihatkan pula peralatan yang akan dibutuhkan dalam penanggulangan banjir, seperti perahu karet, mobil pemadam kebakaran, rakit buatan dari tong dan bekas tempat tidur, tenda untuk rumah sakit lapangan, dan dapur darurat. Peserta latihan sebanyak 960 orang ini datang dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polri, Pemprov DKI Jakarta, dan LSM. Mereka mengikuti latihan mulai Selasa kemarin hingga Kamis (8/1) di Geladi Posko. Adapun pada Sabtu (10/1) akan dilakukan Geladi Lapang (simulasi) penanganan bencana banjir di Muara Baru dan Bidaracina. Pada Geladi Lapang itu akan dikerahkan 3.360 orang dari segala unsur yang terlibat dalam upaya penanggulangan bencana. ”Kegiatan latihan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan perorangan, tetapi juga kemampuan satuan, serta melatih kemampuan berkoordinasi jika menghadapi masalah,” kata Darpito. Pompa diperiksa Prijanto mengatakan, 268 pompa air di 52 lokasi sudah diperiksa dan siap digunakan untuk mengurangi tekanan banjir di berbagai kawasan. Di sisi lain, sebagian anak sungai dan saluran-saluran air kolektor sudah dibersihkan. Sebanyak 284 perahu karet, 4 helikopter, dan 713 mobil disiapkan di lima kota untuk mengevakuasi penduduk yang terjebak banjir. Peralatan dapur umum sebanyak 242 set, 158 tenda peleton ukuran besar, dan 337 lokasi pengungsian juga disiapkan. Untuk menolong korban banjir yang sakit, 324 puskesmas di berbagai wilayah diwajibkan buka 24 jam saat banjir. Puskesmas itu dilengkapi dengan 240 mobil ambulans, 286 dokter, dan 1.292 paramedis. Geladi Posko dan Geladi Lapang yang dilakukan untuk penanggulangan banjir ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Indonesia. (ARN/ECA) Post Date : 07 Januari 2009 |