|
SLEMAN - Warga Prambanan yang mengalami kesulitan air bersih dihimbau mengajukan permohonan droping air. Permintaan air bersih dengan surat resmi melalui dukuh dan desa ditujukan kepada Dinas Pengairan Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam (P3BA). Camat Prambanan Hardjito mengatakan, Dinas P3BA sudah menyiapkan 800 tangki air bersih untuk memenuhi kebutuhan desa-desa yang dilanda kekeringan selama musim kemarau. Misalnya Dusun Gayam, Sambirejo atau dusun lain yang kesulitan mendapatkan air. Untuk pemenuhan air bersih, tiap warga diwajibkan membayar iuran Rp 6.000 per bulan. Tapi sayangnya, kata Hardjito, warga tidak mematuhi peraturan itu. Padahal iuran itu sebagai ongkos pengganti operasional, BBM, pemeliharaan dan memperbaiki selang selang yang bocor. ''Banyak sekali warga yang tidak tertib. Hanya Sambirejo dan Gayamharjo warga paling tertib,'' pujinya. Menurut Hardjito, tidak semua dusun di Prambanan kesulitan air bersih. Sebab, upaya menghadapi kelangkaan air bersih memasuki musim kering serkarang, warga sudah membentuk jaringan organisasi pengelola air (OPA). Melalui jaringan itu, kebutuhan air bersih sebagian besar warga tercukupi. Ada empat unit OPA, masing-masing beroperasi di Sambirejo, Gayamharjo, Wukirharjo dan Sumberharjo. ''Jadi untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga di Sumberharjo terutama di Sambi dan Gayam mengambil sumber air di Majasem. Sedangkan kebutuhan warga Wukirharjo dan Sumberharjo mengambil sumber air di Bleber dan Sumber,'' jelasnya. Daerah-daerah yang paling rawan kekeringan di antaranya Kalinongko Kidul dan Jlontro. Kedua desa itu sementara ini memenuhi kebutuhan air bersih dari sumber sumur bor. Sambirejo beberapa hari lalu juga mengalami kesulitan air bersih karena rusaknya jaringan yang menuju Lengkong RT I, Dusun Miri. (lin) Post Date : 07 Juli 2008 |