|
BANDUNG, (PR).-Amblesnya landasan tempat manuver truk pengangkut sampah menghambat proses pembuangan sampah di TPA Gedig Sarimukti Kec. Cipatat Kab. Bandung. Meski landasan sudah dilapisi batu untuk pengeras, namun curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah menjadi lunak dan tak mampu menahan beban kendaraan. Berdasarkan pantauan PR di lapangan, Minggu (8/4), sejumlah kendaraan harus berjalan perlahan sepanjang 1 km menuju lokasi TPA karena jalanan berbatu dan penuh lumpur. Kendaraan pun harus antre masuk area manuver sampah karena jalan licin. Lokasi manuver yang licin tersebut baru dipindah sejak dua bulan lalu, berjarak sekira 50 meter dari lokasi semula. Setiap dua hari, landasan dan akses jalan diberi tambalan pengeras dari meterial batu minimal sebanyak dua truk. Namun, karena hujan terjadi hampur tiap hari, tanah terus bergerak dan menimbulkan akumulasi lumpur. Tidak jarang truk pengangkut sampah selip sehingga harus didorong backhoe agar bisa keluar dari lokasi manuver. Karena itu, kendaraan berat berupa dua unit backhoe dan tiga unit buldoser harus disiagakan 24 jam untuk membantu truk sampah ke luar lokasi manuver. Menurut petugas pencatat data di TPA Gedig, Nirun (35), untuk sementara pelapisan batu di jalan yang licin dapat digunakan sebagai antisipasi agar akses ke landasan manuver sampah masih bisa digunakan. Tapi, kami berharap, akses ke lokasi buang sampah segera dibuat permanen. Walaupun sudah dibantu diperkeras dengan batu, hanya mampu bertahan dua hari. Setelah itu, ambles lagi, katanya. Saluran air yang dibuat di sisi bukit di depan lokasi manuver sampah pertengahan 2006 lalu mampu mengurangi kemungkinan mengalirkan air diantara tumpukan sampah. Namun, jika rongga-rongga kosong antara sampah dan tanah diisi air limpasan (run off), dikhawatirkan akan mendorong tumpukan sampah longsor. Berkurang Kondisi itu kerap dikeluhkan PD Kebersihan Kota Bandung. Jalan akses yang sulit ditembus armada pengangkut sampah sehingga mengurangi frekuensi pengangkutan ke TPA. Selama Januari 2007, total rit pengangkutan mencapai 7.281 rit. Menurun hingga 5.971 rit pada Februari dan meningkat pada Maret hingga mencapai 6.879 rit. Dalam sehari, biasanya TPA Gedig menerima pembuangan sampai 120 truk. Namun, karena kondisi jalan yang sulit ditembus, frekuensi pembuangan berkurang menjadi rata-rata 90-100 truk. Data pada Minggu (8/4), sampai pukul 18.00 WIB, sampah yang terbuang baru 70 truk. Menurut seorang kernet truk sampah PD Kebersihan Kota Bandung, Ahmad (30), jalanan yang licin menyebabkan waktu membongkar muatan sampah menjadi bertambah lama. Dalam satu kali buang biasanya hanya berjalan 5-10 menit, namun saat ini proses tersebut memakan waktu hingga 20 menit. Waktunya jadi dua kali lipat. Belum lagi buangnya harus antre tunggu giliran. Hal itu yang membuat kendaraan telat kembali ke Bandung, katanya, ketika ditemui di lokasi TPA Gedig. Keterlambatan waktu tempuh menuju Bandung yang melalui Kec. Cipendeuy Kab. Bandung minimal mencapai 30 menit. Padahal target 3 rit/hari harus tetap dikerjakan meski akhirnya kerja sampai malam, ucap Ahmad. Hal senada diungkapkan pengendara truk sewaan PD Kebersihan Kota Bandung, Madris (32). Kalau kondisi begini, susah buat kita. Selain bikin kendaraan cepat rusak, juga bikin jumlah rit mengangkut sampah berkurang, katanya. Kondisi yang serbasusah itu, menurut dia, juga berdampak terhadap pendapatan karena mereka dibayar per angkutan sampah (rit). Ya tentu saja, kalau sebelumnya bisa sampai 5 rit, sekarang kan cuma tiga rit, itu juga sampai sore hari baru beres, ujarnya. (A-158) Post Date : 09 April 2007 |