|
SEMARANG- Keterbatasan lahan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di kota besar dan metropolitan, menimbulkan persoalan baru. Jika tidak tertangani dan dikelola dengan baik, peningkatan sampah yang terjadi tiap tahun itu bisa memperpendek umur TPA dan membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara. Di samping itu, sampah bisa menurunkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan banjir, dan menimbulkan berbagai macam penyakit. Hal itu disampaikan perwakilan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang Drs Andreas Slamet dalam diskusi publik ’’Sampah Kita Semakin Menggunung’’ yang digelar Pusat Studi Eko-Permukiman (PSEP) Unika Soegijapranata, baru-baru ini. ’’Kendalanya, pemeritah daerah (pemda) masih cenderung berorientasi pada pendekatan konvensional, yakni sampah adalah bahan yang harus dibuang. Hal itu terjadi karena kapasitas, kesiapan, dan koordinasi pemda masih terbatas,’’ kata Andreas. Dalam kebijakannya, pemerintah juga belum secara spesifik membahas persampahan sebagai isu nasional. Terbatasnya alokasi anggaran dan biaya pemeliharaan, membuat jumlah armada pengangkutan sampah tidak memadai dan kurang optimal menangani masalah sampah kota yang terus meningkat. ’’Pengelolaan sampah di Kota Semarang saat ini baru menjangkau 120 kelurahan dari 177 kelurahan yang ada. Sedangkan sampah yang terangkut ke TPA Jatibarang baru 70% dari seluruh produksi total sampah kota sebesar 4.500 m3/hari,’’ terangnya. Rendahnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah serta penolakan terhadap TPA, karena menganggap itu adalah urusan pemerintah, menjadi pemicu semakin meningkatnya volume sampah kota. Terapkan 3 R Karenanya, agar volume sampah tidak terus meningkat, pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar mengelola sampah berbasis 3 R, yakni reduce (menghemat pemakaian barang), re-use (menggunakan kembali), dan re-cycle (mendaur ulang). ’’Dengan sistem ini diharapkan bisa mengurangi volume sampah dan memperpanjang umur TPA,’’ ungkapnya. Ketua PSEP Unika Soegijapranata Rudatin Ruktiningsih ST MT menambahkan, sampah merupakan persoalan klasik dari tingkat rumah tangga, kawasan permukiman, kota, hingga nasional. Berbagai formula telah digulirkan dari pengolahan sederhana hingga modern dengan biaya tinggi, belum efektif mengatasi masalah tersebut. ’’Karenanya, masalah ini perlu penanganan bersama sesuai dengan kompetensi masing-masing, agar tidak terjadi tumpang tindih,’’ ujarnya. (J12-37) Post Date : 12 Februari 2009 |