|
SoE, Kompas - Tim medis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, kembali menemukan tiga anak usia di bawah lima tahun yang tewas akibat diare di Kecamatan KotOlin. Sebelumnya, 25 anak balita tewas di Kecamatan Nunkolo, Kolbano, dan Boking. Petugas kesehatan masih mengecek 18 kecamatan, terutama desa-desa terpencil dan sulit dijangkau. Kepala Dinas Kesehatan Timor Tengah Selatan dr Markus Ng Righuta, Rabu (11/10) di SoE, mengatakan, tiga korban balita yang ditemukan tim medis itu dua anak di Kecamatan KotOlin dan satu lagi di Kecamatan Nunkolo. Dengan demikian, ada empat kecamatan yang telah terindikasi sebagai daerah dengan kategori kondisi luar biasa diare, yakni KotOlin, Nunkolo, Boking, dan Kolbano. Jumlah penderita diare dari empat kecamatan ini 672 orang, sementara korban meninggal 28 orang, termasuk tiga orang yang ditemukan tiga hari terakhir, kata Markus. Markus mengakui ada puskemas dan seorang dokter pegawai tidak tetap (PTT) di setiap kecamatan, tetapi kondisi desa dan permukiman penduduk sangat sulit dijangkau. Di empat kecamatan yang terserang diare telah dibangun pos komando penanggulangan wabah diare. Menurut Markus, penyebab utama wabah diare akibat kekurangan air bersih. Kondisi akan semakin berat jika hujan baru turun sekitar Desember nanti. Kami mengharapkan pemerintah daerah tanggap atas kondisi ini. Jika dalam satu hingga dua bulan ini pemda dapat menyediakan mobil tangki untuk mengirim air kepada penduduk, itu akan dapat membantu mengatasi kesulitan warga. Namun, persoalannya adalah mobil tangki juga tidak dapat masuk ke lokasi-lokasi terisolasi karena tidak ada jalan. Karena itu, lebih dahulu harus dibangun jalan untuk akses ke desa-desa itu, tutur Markus. Kaporit yang dibawa petugas kesehatan pun tidak dapat dimanfaatkan karena sumber-sumber air, terutama di empat kecamatan itu, letaknya sampai 10 kilometer setelah naik-turun bukit. Masyarakat setiap hari hanya mampu memikul 5 liter-10 liter air bersih, hanya untuk kebutuhan minum. Petugas kesehatan yang turun ke lapangan pun terpaksa membawa air kemasan. Air tersebut untuk kebutuhan petugas sendiri dan para penderita diare yang harus minum obat. Petugas kesehatan sudah membantu memberikan obat berupa cairan kepada 672 penderita diare. Beberapa di antara mereka sudah sembuh, tetapi perlu pengawasan lanjutan. Dikhawatirkan mereka terpaksa kembali mengonsumsi air yang tidak memenuhi standar kesehatan. (KOR) Post Date : 12 Oktober 2006 |