Lagi, Kota Bandung Dikurung Cileuncang

Sumber:Pikiran Rakyat - 14 Januari 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANDUNG, (PR).Kendati hujan turun kurang dari satu jam, sejumlah ruas jalan di pusat Kota Bandung kembali disergap banjir cileuncang, Jumat (13/1) siang. Hujan yang disertai angin kencang itu juga menyebabkan sejumlah batang pohon di Jln. Otista dan Jln. Kebon Kawung tumbang dan sempat mengganggu arus lalu lintas.

Banjir cileuncang terjadi di sejumlah ruas jalan di pusat kota seperti Jln. Kebon Kawung, Jln. Wastukancana, Jln. Cihampelas, Jln. Cipaganti, Jln. Setiabudi, Jln. R.E Martadinata, Jln. Lembong, Jln. Sulanjana, Jln. Tamblong dan Jln. Naripan. Di Jln. Kopo dan Jln. Caringin, genangan air bahkan mencapai kedalaman satu meter. Buruknya kondisi drainase membuat genangan bertahan hingga hujan reda.

Luapan air juga memasuki permukiman penduduk di gang-gang kecil, seperti di RW 10 Cibarengkok Kel. Sukabungah, Kec. Sukajadi. Air yang menggenangi jalan kecil itu bukan hanya bersumber dari air hujan, melainkan juga berasal dari kali yang tak mampu menampung derasnya aliran air.

Genangan air juga terjadi di jalan raya sekitar lokasi pasar tradisional seperti Jln. Rajawali Barat dan Jln. Arjuna (dekat Pasar Ciroyom), Jln. Pasirkoja, Jln. Surapati (dekat Pasar Cihaurgeulis), Jln. Sudirman (dekat Pasar Andir). Di lokasi tersebut, genangan air bercampur dengan tumpukan sampah sehingga menyebarkan bau busuk.

Di depan Pasar Pagarsih, Jln. Pagarsih, Bandung, tumpukan sampah yang awalnya berada di pinggir jalan semakin melebar sampai ke bahu jalan. Akibatnya, hanya satu ruas jalan yang dapat dipergunakan kendaraan yang datang dari dua arah.

Hujan deras yang dibarengi angin kencang menyebabkan beberapa batang pohon di Jln. Kebon Kawung dan ujung Jln. Otista (depan Gedung Pakuan), dan di Jln. Kopo tumbang. Patahan batang pohon menutupi sebagian jalur jalan dan menimbulkan antrean kendaraan. Angin kencang juga sempat merobohkan pembatas jalan di sebagian besar ruas jalan termasuk Jln. Kebon Kawung, viaduct dan Jln. Ir. H. Juanda.

Di Kab. Bandung

Banjir sedalam 70 cm pun melanda beberapa titik di Kab. Bandung, seperti perumahan Cingcin Permata Indah blok A-G. Air berasal dari sungai kecil yang melintasi perumahan Gading Tutuka I yang meluap.

Sementara itu, bangunan Madrasah Tsanawiyah (MTS) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Asy- Syuhada terendam air berketinggian hingga satu meter di Kp. Mulyasari RT 01 RW 04 Desa Gandasari, Kec. Katapang. Akibatnya, setiap hujan lebat, sekolah tersebut kerap dilanda banjir, sehingga 106 siswa terancam diliburkan selama dua atau tiga hari.

Drainase

Sementara itu, ditemui di Plasa Balai Kota Bandung, Jumat (13/1), Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung Maman Suparman mengatakan, drainase di Kota Bandung harus ditata ulang. Ini terkait dengan air melimpah dari tingginya curah hujan saat ini yang hanya run off atau mengalir di permukaan saja, karena daya serap lahan semakin berkurang.

Oleh karena itu, sesuai imbauan wali kota, Maman mengajak masyarakat untuk turut serta melancarkan drainase, minimal di sekitar tempat tinggalnya. Yang terjadi adalah penumpukan sedimen-sedimen di saluran drainase, sehingga diharuskan membuka, membersihkan, dan menutup kembali saluran tersebut, katanya. Kegiatan seperti itu bisa dilakukan saat aktivitas seperti gerakan Jumat Bersih digencarkan kembali.

Terkait dengan upaya pemkot yang dinilai lamban, sekda menjelaskan, ada ketidakseimbangan antara bidang garapan drainase dan dana APBD. Volume yang harus digarap lebih besar dari kemampuan anggaran. Buktinya, dari tahun ke tahun selalu tersisa pekerjaan yang belum tergarap. Dana yang dibutuhkan ratusan miliar rupiah, kata Maman.

Pernah juga kami melakukan penataan drainase lewat Bandung Urban Development Project (BUDP), tapi yang tergarap baru di wilayah tengah, selatan, dan sebagian wilayah timur. Bandung bagian barat belum tergarap, ujarnya. (A-131/A-153/A-151/A-156/A-159/A-160)

Post Date : 14 Januari 2006