Kutacane Kembali Dilanda Banjir

Sumber:Media Indonesia - 26 Oktober 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
KUTACANE (Media): Banjir kembali melanda Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Senin (24/10).

Luapan air setinggi 30 sentimeter (cm) hingga 50 cm menggenangi tiga desa di Kecamatan Badar, sekitar 20 kilometer (km) dari lokasi banjir bandang Semadam ke arah Blang Kejeren. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa itu.

Tiga desa yang dilanda banjir, yakni Desa Lawe Mengkudu, Lawe Beringin, dan Desa Jongar. Luapan air mulai terjadi sekitar pukul 22.00 WIB setelah diguyur hujan deras selama tiga jam.

Kayu-kayu gelondongan dan pohon tumbang yang terbawa banjir hingga ke jalan raya menyebabkan jalan Kutacane-Blang Kejeran lumpuh selama dua jam. Jalan bisa dilalui beberapa jam kemudian setelah luapan air surut dan tumpukan kayu disingkirkan dari jalan.

Di Desa Jongar terlihat kayu gelondongan berdiameter besar dengan panjang sekitar dua hingga tiga meter menumpuk. Sedangkan di tempat lainnya seperti di Desa Lawe Beringin terdapat sejumlah pohon tumbang menutupi jalan.

Berdasarkan pengamatan Media di lokasi, kemarin, warga bersama anggota Kepolisian Resor (Polres) Aceh Tenggara mulai menyingkirkan tumpukan kayu dan pohon tumbang setelah hujan mulai reda.

Menurut Bupati Aceh Tenggara Armen Desky, Desa Lawe Mengkudu merupakan titik rawan banjir dan longsor. April lalu desa tersebut dilanda banjir bandang. Saat itu ratusan rumah di desa hancur dihanyutkan banjir.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tenggara telah membeli lahan seluas dua hektare untuk dijadikan sebagai areal relokasi pengungsi korban banjir bandang Semadam.

Areal tersebut terletak di Desa Alur Bulu, Kecamatan Semadam, sekitar dua kilometer dari Simpang Semadam, lokasi banjir bandang terparah.

"Kami sudah membeli dua hektare untuk relokasi pengungsi. Harga tanah itu sekitar Rp150 juta," kata Armen.

Menurut Armen, dana yang diperlukan untuk membangun areal relokasi sebesar Rp3 miliar. Tempat tinggal sementara yang akan dibangun terbuat dari papan. "Kalau rumah permanen, pemkab tidak sanggup membangun. Kami berharap pemerintah pusat mau peduli. Tapi bagaimana yah, rumah untuk korban banjir Lawe Mengkudu saja hingga saat ini belum direalisasikan. Padahal, mereka (pemerintah) janji akan membangun sekitar 200 rumah," papar Armen.

Biaya pembelian tanah untuk areal relokasi, ujar Armen, diambil dari uang tunai Rp500 juta yang diberikan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah beberapa waktu lalu. Sisa dana tersebut direncanakan dibagikan kepada warga korban bencana agar digunakan untuk keperluan Idul Fitri. Setiap orang mendapatkan Rp100.000.

"Saya pikir lebih baik memberikan uang tunai, minimal Rp100 ribu per orang untuk keperluan darurat. Kalau kami yang membelikan baju atau pakaian, itu sangat sulit, ukurannya bisa tidak tepat," katanya. (KN/HP/N-2)

Post Date : 26 Oktober 2005