|
Hidup bersih dapat dimulai dari hal-hal kecil. Mulai dari membuang sampah ke tong sampah, menutup tempat penyimpanan air, sampai membersihkan genangan-genangan air di dalam rumah. Meski demikian, penumbuhan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih itu agaknya masih merupakan perjalanan panjang. Penyebabnya, belum semua warga memiliki kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Hal itu tercermin sewaktu pembagian 300 bibit tanaman Zodia (Evodia suaveolens) yang berkhasiat mengusir nyamuk, 300 bibit ikan tempalo yang berfungsi memakan telur nyamuk, dan 500 bungkus bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk kepada warga Kelurahan Keramasan, Senin (23/4) siang lalu. Pembagian abate, tanaman zodia, dan ikan tempalo yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia, Karang Taruna, Pramuka, dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumsel itu bertujuan mengusir nyamuk demam berdarah dan malaria. Namun, permukiman penduduk di sekitar kantor Kelurahan Keramasan dikotori sampah bungkus makanan dan minuman. Sebagian lahan permukiman yang berupa rawa juga penuh sampah plastik di genangan air. "Masyarakat masih kurang menyadari pentingnya pemberantasan sarang nyamuk. Padahal, nyamuk bersarang di mana saja," kata Liliek, Ketua Kelompok kerja IV Tim Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Sumsel. Menurut Liliek, pembagian bantuan itu tidak akan membawa banyak manfaat jika tanpa disertai kesadaran warga untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Apalagi jika bantuan hanya bersifat sementara dan bisa habis. Bubuk abate, misalnya, hanya efektif dipakai untuk kurun tiga bulan. "Penumbuhan kesadaran kepada warga itu harus dilakukan oleh semua elemen, mulai dari aparat pemerintah di tingkat kecamatan sampai RT," katanya. Lurah Keramasan, Sahami, mengatakan, program PSN belum dapat dilaksanakan secara terpadu di wilayahnya. Alasannya, sebagian wilayah itu berupa rawa dan lahan pasang surut yang bermuara di Sungai Musi. "Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk bergantung pada inisiatif warga. Kalau pemberantasan sarang nyamuk belum diperlukan, ya, mubazir dilaksanakan," kata Sahami. Palembang pernah mengalami kejadian luar biasa demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 1998 yang mengakibatkan 3.200 orang dirawat dan 142 orang meninggal dunia. (bm lukita grahadyarini) Post Date : 25 April 2007 |