Kurangi Sampah Plastik Mulai dari Individu

Sumber:Pikiran Rakyat - 12 Juli 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

NGAMPRAH, (PR).- Persoalan sampah tidak akan selesai hanya dengan menunjuk siapa yang harus bertanggung jawab. Persoalan itu bisa diselesaikan dari tingkat terendah, yaitu individu. Demikian dikatakan seorang pegiat daur ulang sampah, Slamet Riyadi (58).

"Plastik tidak berbahaya selama itu belum menjadi limbah. Jika itu sudah berupa limbah, apalagi dibakar, polutannya bisa mengancam kesehatan," ujar Slamet saat ditemui di arena Art Craft Jazz Craft Vaganza di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (11/7).

Dalam acara itu, dia membawa lembaga daur ulang sampah yang digagasnya, Lumintu, kepanjangan dari Lumayan Itung-itung Nunggu Tutup Umur. Dia memberikan kesempatan kepada pengunjung, ter-utama anak-anak, untuk ber-kreasi dengan sampah plastik sesuai dengan imajinasi mereka.

Selain itu, Slamet juga me-nampilkan sejumlah barang sehari-hari yang dibuat dari daur ulang sampah, misalnya tas. Tampak sederhana memang. Namun, setidaknya dia telah mengupayakan sesuatu untuk lingkungan sekitarnya.

Dampaknya memang tidak terlihat langsung. Namun, jika dilakukan secara masif dan berkelanjutan, dia optimistis, persoalan sampah bisa sedikit banyak teratasi. Atau, bagi ka-langan yang tidak bekerja, pendaurulangan sampah bisa menjadi lahan yang mendatangkan nilai ekonomis. "Sampah yang kami beli dari pemulung seharga Rp 20.000, misalnya, kalau dijual bisa sampai Rp 200.000. Itu kan jadi menguntungkan secara ekonomi," ucap Slamet.

Kendati demikian, Slamet juga mengakui, selain pendaurulangan, persoalan plastik perlu diperhatikan sejak awal. Hal itu berkaitan dengan kerusakan lingkungan karena plastik membutuhkan waktu lama untuk terurai. Dia menilai, sejak awal setiap orang bisa mengurangi sampah plastik yang diproduksi.

"Solusi konkretnya, bawa tas kain ke mana-mana. Saat belanja di kaki lima atau di toko, biasakan tidak meminta atau menolak kantong plastik yang dikasih penjual. Apalagi, kalau belanjaannya sedikit," tutur Slamet.

Salah seorang anak yang mencoba berkreasi bersama Slamet, Amos (12), mengaku senang. Pasalnya, sampah yang selama ini dia lihat dan disangka tidak terpakai ternyata bisa difungsikan ulang, salah satunya menjadi mainan. (A-179)



Post Date : 12 Juli 2010