Kurangi Sampah, Kas Sekolah Bertambah

Sumber:Koran Tempo - 22 November 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Waktu menunjukkan pukul 13.00, masa istirahat sekolah sudah lewat. Namun sejumlah siswa Sekolah Menengah Pertama 30 Bumi Tamanlanrea Permai, Makassar, masih sibuk bermain bola voli di halaman sekolah. Guru olahraga yang melihatnya segera menghukum siswa-siswa itu. Mereka disuruh memungut daun mangga kering dan memasukkannya ke tong sampah komposter aerob. Setelah selesai, mereka baru boleh masuk ke kelas.

Hukuman bagi siswa itu sebenarnya berkaitan dengan program di sekolah tersebut. Para guru mengajarkan kebersihan. Setiap Sabtu, siswa gotong-royong sebelum memulai kelas pagi. Di halaman sekolah ini terdapat tujuh pohon mangga sebagai penyumbang sampah organik. Sampah daun disimpan dalam tong aerob hingga diurai bakteri. "Kami mengusahakan memanen kompos pada setiap pekan," kata Muhammad Safa, guru pelajaran teknologi informasi dan komunikasi, Sabtu lalu.

Sekolah menyiapkan empat komposter aerob. Sampah anorganik ditaruh dalam tong sampah kering di depan kelas. Tong selalu penuh daun kering yang dipanen setiap Sabtu. Saat "panen" kompos, siswa mengambil dari pintu di bawah tong. Sampah yang terurai mengendap di dasar tong yang dilengkapi pipa pengalir oksigen untuk proses penguraian.

Dari keempat tong itu, SMP 30 memanen 10 kilogram kompos padat tiap bulan. Ray Wirandra Putra, siswa kelas VIII, menggunakan sampah sebagai pupuk tanaman pot yang disusun rapi di pinggir jalan masuk hingga ruang guru dan kelas. Proses pembuatan kompos ini merupakan peran serta SMP 30 dalam Makassar Green School.

Dengan memanen sekitar 10 kilogram per bulan, SMP 30 masih punya banyak sisa kompos. Ray beserta murid-murid lain mencoba menjual kompos-kompos itu. Setiap 1 kilogram sampah dalam plastik dibanderol seharga Rp 7.500.

Selain kompos padat, para siswa membuat kompos cair. Produksi kompos cair masih kurang. "Harganya sama, hanya satuannya yang beda. Kalau ini Rp 7.500 per liter," Ray menambahkan. Hasil penjualan kompos menjadi kas sekolah. Itu baru sampah basah. Khusus sampah kering, siswa membuat hiasan dinding dari gelas plastik, vas dari botol, boneka dari kantong plastik, dan lainnya. KAMILIA



Post Date : 22 November 2010