|
Gianyar (Bali Post) Kondisi peralatan kebersihan dan pertamanan milik Dinas Lingkunan Hidup Kabupaten Gianyar sungguh memprihatinkan. Yang sangat disayangkan lagi, alat berat jenis buldoser merek Hitachi seharga Rp 1,4 milyar sejak enam bulan yang lalu tidak bisa dipergunakan karena kondisinya rusak berat. Akibatnya, penumpukan sampah pun tidak dapat dihindari di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Temesi, Gianyar. Sekaratnya alat berat tersebut, mengakibatkan petugas TPA kesulitan untuk menangani tumpukan sampah yang setiap hari semakin menggunung. Menurut Manajer Fasilitas Pemilah Sampah Terpadu (FPST) I Wayan Cakra, kerusakan alat berat ini mengakibatkan pegawai TPA kesulitan untuk meratakan tumpukan sampah. Karena sebelum sampah dikirim ketempat pengelolahan sampah, terlebih dahulu harus dilakukan perataan untuk selanjutnya dipindahkan ke tempat pengolahannya. Setiap hari TPA ini mendapat kiriman rata-rata belasan truk sampah, jauh lebih tinggi ketimbang kecepatan mengolahnya. ''Namun, dengn rusaknya alat berat ini, petugas di sini tambah kewalahan, terpaksa meratakan sampah seadanya secara manual,'' jelasnya. Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) I Wayan Arthana, S.H. mengakui adanya kerusakan yang menimpa berbagai peralatan kebersihan dan pertamanannya. ''Hal itu pun telah saya sampaikan pada rapat paripurna Dewan,'' katanya. Bukan hanya itu, kerusakan yang ada di DLH hampir mencapai 90 persen, terutama alat berat di TPA. Mangkraknya alat berat TPA karena tidak ada dana yang cukup untuk memperbaikinya. Biaya perbaikan alat berat termasuk penggantian suku cadang yang rusak bisa mencapai Rp 100 juta. Untuk mengantisipasi kerusakan lebih banyak lagi serta demi efektivitas pengolahan sampah, pihaknya telah mengajukan permohonan dana perbaikan dan pemeliharaan peralatan TPA dan pertamanan sebesar Rp 200 juta. Selain alat berat TPA, masih ada peralatan lainnya yang perlu tambahan seperti mesin pemotong rumput, tong sampah, truk pengangkut sampah dan sensor pemotong. Artana mengharapkan pemkab atas persetujuan DPRD melalui anggaran perubahan 2005 nanti bisa menganggarkan dana untuk memperbaiki peralatan tersebut. ''Kalau alat ini tak segera diperbaiki maka kerugian yang dialami pemkab cukup besar karena harga alat berat itu sangat tinggi. Harga satu alat berat saja kini antara Rp 1,2 milyar hingga Rp 1,4 milyar,'' jelas mantan Kabag Humas Gianyar ini. (dar) Post Date : 07 Juli 2005 |