Kupang Krisis Air Bersih

Sumber:Media Indonesia - 13 Agustus 2007
Kategori:Air Minum
KUPANG (Media): Ratusan warga Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), merusak pipa milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat, kemarin, untuk memperoleh air bersih akibat kemarau.

Warga yang ramai-ramai mencuri air PDAM akibat krisis air bersih sebulan terakhir adalah penduduk Kelurahan Liliba, Kecamatan Penfui. Mereka melubangi pipa PDAM kemudian mengalirkan airnya dengan menggunakan selang ke jeriken dan ember.

Yohana, 40, salah seorang warga Kelurahan Liliba, mengatakan sejak pertengahan Juli lalu air bersih dari PDAM hanya mengalir satu kali seminggu dan berlangsung sekitar tiga sampai empat jam. ''Karena itu, kami harus berhemat air untuk minum, mandi, dan cuci. Tetapi tetap saja tidak cukup,'' katanya.

Air bersih PDAM sejak kemarau hanya mengalir seminggu sekali karena debit air baku perusahaan itu berkurang sehingga aliran air bersih untuk pelanggan digilir. Karena itulah warga yang kesulitan memperoleh air terpaksa menjebol pipa milik perusahaan air bersih tersebut.

Selain memanfaatkan untuk memasak, warga juga menampung air curian dalam bak penampungan di sekitar pipa yang dirusak untuk digunakan mencuci pakaian.

Menurut Yohana, pada kemarau tahun lalu warga Liliba bahkan hanya mendapat jatah air dari PDAM satu kali dalam sebulan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka harus mengambil air di Sungai Liliba yang berjarak sekitar 1 kilometer dari permukiman penduduk.

''Pada November, kali juga akhirnya kering. Kami terpaksa mengambil air ke wilayah Desa Tarus di Kabupaten Kupang yang jaraknya 5 kilometer dari sini. Kemungkinan kemarau kali ini hal seperti itu bakal terulang,'' ujarnya.

Di wilayah sepanjang pantai utara Pulau Timor juga dilaporkan mulai kekeringan. Kemarau mengakibatkan sungai-sungai mengering dan debit mata air berkurang.

Noni Manaha, warga Kecamatan Amfoang Utara, Kabupaten Kupang, menjelaskan kekeringan menyebabkan warga gagal panen, tetapi belum memicu rawan pangan. ''Warga memiliki makanan lain seperti ubi dan jagung. Mereka juga punya ternak untuk dijual ketika terjadi krisis pangan,'' katanya.

Amfoang Utara berjarak sekitar 164 kilometer arah timur Kota Kupang. Dalam setahun daerah ini hanya diguyur hujan selama empat bulan.

Tidak ditanami

Sementara itu, kekeringan yang terjadi sejak tiga bulan terakhir mengakibatkan puluhan hektare sawah di Desa Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah, pada musim tanam III ini tidak bisa ditanami.

''Karena kering dan pecah-pecah, tanahnya jadi sangat keras sehingga sulit dicangkul,'' kata Sumadi, 44, salah satu petani di Dusun Genengrejo, Desa Lalung, kemarin.

Kekeringan diperparah tersendatnya pasokan air dari Waduk Lalung sejak sebulan terakhir karena cadangan airnya terus menyusut dan hampir memasuki masa kritis. Kondisi tersebut, kata Sumadi, jelas tidak memungkinkan bagi petani untuk mengolah lahan. Karena itu, ia memilih membiarkan lahan sawahnya selama musim kemarau ini terbengkalai.

Hal sama juga dilakukan Bambang Sugito, 35, petani lainnya di desa itu, karena sawahnya kering kerontang. Padahal, jarak antara waduk dan lahannya hanya beberapa ratus meter dan dipisahkan talud sungai.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup selama kemarau, dia memilih beralih pekerjaan menjadi pembuat batu bata. Bahan baku berupa tanah diambil dari lahan pertaniannya yang kini kering.

''Daripada tidak dimanfaatkan dan tidak menghasilkan, lebih baik dijadikan batu bata,'' kilahnya sembari menyiram bongkahan-bongkahan tanah kering yang baru saja diangkutnya dari sawah. (PO/FR/N-1).



Post Date : 13 Agustus 2007