|
Kulon Progo, Kompas - Kekeringan mulai melanda wilayah Kabupaten Kulon Progo. Pembelian air bersih oleh warga Kulon Progo terus meningkat selama awal musim kemarau ini. Tidak kurang dari tiga tangki air berkapasitas sekitar 4.000 liter harus disiapkan Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM Kulon Progo setiap hari untuk memenuhi permohonan warga. Menurut Direktur Utama PDAM Kulon Progo Isrok Ruruh Jatmiko, didampingi Kepala Bagian Pelayanan Pelanggan Jumantoro, peningkatan pembelian terasa sejak sepekan terakhir. Pada awal Juli pembelian air bersih rata-rata hanya satu tangki per hari, maka kali ini naik menjadi 2-3 tangki per hari, bahkan lebih. "Mayoritas pembelian berasal dari warga yang tinggal di perbukitan bagian utara, seperti di Kecamatan Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang, dan Kokap. Di daerah itu, dampak kekeringan sudah terasa," kata Jatmiko, akhir pekan lalu. Harga satu tangki air bersih dipatok Rp 150.000 oleh PDAM Kulon Progo. Jumantoro menambahkan, harga ini masih sama dibandingkan dengan harga tahun sebelumnya, dan sudah termasuk ongkos kirim. Sampai sekarang, PDAM Kulon Progo masih belum kesulitan memenuhi permohonan air bersih dari warga, baik pembelian secara pribadi dan bantuan dari pemerintah, karena sumber air masih cukup. Sebagian besar air bersih diambil dari Waduk Sermo dan mata air Clereng. Meskipun demikian, Jumantoro mengakui telah terjadi penurunan debit produksi air akibat kemarau, khususnya di mata air Clereng. Penurunan mencapai 50 persen dari 200 liter per detik menjadi hanya sekitar 100 liter per detik. "Debit di Waduk Sermo juga sudah turun, tapi tidak terlalu signifikan. Menimbang sisa cadangan air yang masih tersedia, diperkirakan PDAM masih bisa memenuhi permintaan air bersih sampai 2- 3 bulan ke depan," kata Jumantoro. Bantuan Mengenai ajuan permohonan bantuan air bersih secara gratis, Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat Kulon Progo Arief Sudarmanto mengatakan, sampai saat ini baru ada satu ajuan yang sudah diterima, yakni dari warga Dusun Clapar, Hargowilis, Kokap. Namun, bantuan air tersebut dipakai untuk keperluan kenduri desa, bukan untuk kebutuhan air sehari-hari. Sesepuh Adat Dusun Clapar Sudarjo mengatakan, sumber air yang ada di desanya belum mengering. Bantuan dari pemerintah baru akan diajukan warga apabila sumber air benar-benar mengering, dan warga merasa kesulitan mendapatkan air bersih. (YOP) Post Date : 21 Juli 2008 |