|
KUDUS, KOMPAS - Banjir bandang menerjang Kabupaten Kudus, Selasa (12/2) malam pukul 20.00 dan Rabu (13/2) dinihari pukul 04.00. Akibatnya, beberapa tanggul sungai jebol di wilayah Desa Sadang, Hadipolo, dan Golan Tepus di Kecamatan Jekulo. Selain itu, tanggul jebol di Desa Brayung dan Desa Kirig di Kecamatan Mejobo. Namun, menurut Kepala Seksi Perlindungan Masyarakat Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kabupaten Kudus, Eko Jatmiko, Rabu (13/2), karena jenisnya banjir bandang, cepat sekali surut. "Terkecuali di persawahan. Kami belum memperoleh data berapa hektar sawah yang tergenang," tutur Eko. Desa Setrokalangan di Kecamatan Kaliwungu, Kudus, yang sebagian besar wilayahnya tergenang banjir sejak Kamis (7/2) pekan lalu sampai Rabu (13/2) malam belum juga surut. Lima rumah warga, yaitu milik keluarga Surapah, Sumanu, Nurhana, Rajoah, dan Sofik, tergenang air banjir setinggi lebih dari 40 sentimeter. Mereka belum bersedia diungsikan. Sejumlah ruas jalan desa tergenang hingga satu meter. Banjir Pati Di Kabupaten Pati, banjir juga melanda di sebagian besar daerah aliran Sungai Juwana, yaitu sejak di wilayah Kecamatan Sukolilo, Kayen, Margorejo, Gabus, dan Juwana. Jalan Pati-Gabus, masih tergenang banjir setinggi 20 hingga 40 sentimeter. Begitu pula puluhan rumah dan ratusan hektar sawah yang sarat dengan tanaman padi. Sebagian ruas jalan negara, Pati-Juwana tergenang setinggi 5 hingga 20 sentimeter, sehingga arus lalu lintas tersendat. Masih ada sekitar 20 keluarga yang mengungsi di Balai Desa Doropayung, Kecamatan Juwana. Banjir "teknis" Menurut Koordinator Banjir dan Kekeringan Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Serang-Lusi-Juwana, Hadi Paryanto, banjir yang terjadi di Jepara, Kudus, dan Pati, semata-mata akibat curah hujan tinggi, merata di semua daerah, termasuk di seputar Gunung Muria dan sudah berlangsung sejak seminggu terakhir. Banjir "teknis" yang berasal dari Sungai Serang, Lusi, Juwana maupun Wulan sampai sekarang belum dan tidak terjadi, karena debit air jauh di bawah normal, yaitu rata-rata hanya di bawah 100 meter kubik per detik. (SUP) Post Date : 15 Februari 2008 |