|
Semarang, Kompas - Kabupaten Kudus dan Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, selama 12 tahun terakhir, tercatat menjadi wilayah yang paling tinggi ancaman banjirnya. Pemicu utama dari bencana itu ialah peningkatan sampah di daerah aliran sungai dan terjadi erosi, selain adanya perubahan tata guna lahan di DAS dan meningkatnya kebutuhan permukiman penduduk. Tanpa upaya terpadu untuk mengendalikan banjir mulai dari hulu ke hilir, bencana banjir akan terus menghantui. Untuk itu, gerakan membangun kesadaran masyarakat menjaga alam, seiring dengan pemulihan DAS menjadi penting. Upaya itu, di antaranya, pengawasan terhadap tata guna lahan, terutama pembukaan lahan di daerah tangkapan air. Demikian benang merah diskusi terbatas Kompas Perwakilan Jawa Tengah, di Semarang, Kamis (20/12). Diskusi bertema ”DAS Kritis dan Bencana Air”, menghadirkan pengamat hidrologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, Robert J Kodoatie, Kepala Bidang Sungai, Waduk, dan Pantai Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Jawa Tengah Agus Purwadi, Plt Ketua DPRD Jawa Tengah Rukma Setyabudi, serta Kepala Satuan Kerja Nonvertikal Tertentu Pengelolaan jaringan Sumber Air, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana, Budi Priyanto. ”Tahun 2000, Cilacap peringkat pertama dengan tingkat banjir 34,35 persen, disusul Kudus dengan 23,31 persen. Tahun 2003, Kudus jadi peringkat pertama disusul Cilacap. Akhir tahun ini hingga awal tahun depan, banjir akan lebih besar lagi,” kata Robert. (WHO/HEN/SON) Post Date : 21 Desember 2012 |