|
WATES (KR) - Persediaan air bersih di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kulonprogo dalam beberapa bulan terakhir terus menipis karena debit beberapa sumber air mulai berkurang. Musim kemarau tahun ini diharapkan tidak berkepanjangan sehingga kebutuhan air bersih dapat terpenuhi. Penurunan debit air di beberapa sumber air yang dikelola PDAM mulai terasa. Namun belum sampai mengganggu kebutuhan air bersih masyarakat. Mudah-mudahan saja sebentar lagi turun hujan sehingga debit air kembali normal, tutur Isrok Ruruh Jadmiko, Direktur PDAM Kulonprogo. Hal tersebut disampaikan di ruang kerjanya, Kamis (2/11) terkait dampak musim kemarau terhadap sumber air yang dikelolanya. Penurunan debit air mulai dirasakan di Waduk Sermo, Clereng, Sentolo dan pengambilan sumber air dari Sungai Progo. Untuk pengambilan air dari Sungai Progo pada musim kemarau harus melalui saluran, jelasnya. Isrok Ruruh yang didampingi Kabag Distribusi Kaswanto, Kabag Produksi Agung Himawan dan Kabag Langganan Jumantoro dan Kabag Keuangan Waryadi menjelaskan pengambilan sumber air dari sumber mata air Clereng dan Waduk Sermo menjadi persoalan dilematis. Selama pintu air Waduk Sermo masih dibuka, air masih mengalir dan debit sumber mata air Clereng masih normal. Sementara jika pintu air Waduk Sermo ditutup, debit sumber air Clereng mengalami penurunan. Kapasitas pengambilan air PDAM yang hendak didistribusikan ke para pelanggan tidak mampu optimal. Saat pintu air Waduk Sermo dibuka, kapasitas pengambilan air sumber mata air Celerng dapat mencapai 100 liter per detik. Sedangkan kapasitas pengambilan air di Waduk Sermo saat ini hanya 30 liter per detik, jelasnya. Pada musim kemarau, katanya kualitas air Clereng lebih baik. Pengolahan air sebelum didistribusikan ke para pelanggan tidak serumit di musim penghujan karena kondisi air jernih. Sedangkan untuk pengolahan air yang diambil dari Waduk Sermo, baik musim kemarau maupun musim hujan, relatif sama. Dijelaskan, pada Desember 2006 mengharapkan pengambilan air di Waduk Sermo sudah menggunakan tenaga listrik. Pembangunan jaringan listrik dari kota Wates hingga Waduk Sermo, pada tahap pekerjaan. Dengan pompa air menggunakan listrik diperkiakan tiap bulannya dapat menghemat biaya operasional antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Dua unit genset yang selama ini digunakan masih tetap dipertahankan sebagai cadangan mengantisipasi listrik padam. Tiap harinya dioperasikan selama 13 jam untuk mengangkat air dari Waduk Sermo dan mengolah sebelum didistribusikan ke pelanggan. Operasional dua unit genset untuk satu bulan menghabiskan biaya sekitar Rp 65 juta. Kalau menggunakan listrik diharapkan tidak sampai sebesar itu, tambahnya. (Ras)-z. Post Date : 03 November 2006 |