Kualitas Air Tanah Menurun

Sumber:Koran Sindo - 23 Agustus 2008
Kategori:Air Minum

PALEMBANG (SINDO) – Dampak pemanasan global (global warming) kian mengkhawatirkan, mulai peningkatan temperatur udara, kenaikan air permukaan laut, tingkat curah hujan yang semakin tinggi, hingga sejumlah kejadian ekstrem akibat pengelolaan alam yang buruk. 

“Akibat perusakan hutan di hulu sungai,kualitas air tanah kian menurun,”ujar Sekjen Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Agus Widjanarko di sela seminar ilmiah Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) di Palembang kemarin. Menurut Agus, berdasarkan hasil sampel penelitian di 30 sungai di Indonesia, kualitas air yang baik hanya 2,9% yang memenuhi standar baku mutu.

Sedangkan di bagian hilir sungai mengalami intrusi air asin sehingga sebanyak 32,6% kualitas air baku sangat buruk. Dia melanjutkan,kualitas air tanah menurun sangat berdampak, khususnya di daerah pemukiman.Kondisi air tanah dapat dipengaruhi akibat tercemar ecoli dan intrusi air laut akibat pengerusan sungai.Hal ini juga dipengaruhi iklim sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur yang dapat menampung air, seperti waduk atau danau buatan.

Sementara itu, Asisten II Sumsel Budi Raharjo mengakui, akibat perubahan iklim, dapat mengancam perubahan pada kualitas air tanah. Bila pengelolaan sumber daya air tidak benar, akan menyebabkan intrusi air laut terjadi di Palembang.Kualitas air baku yang buruk juga meningkatkan beban operasional PDAM di setiap kabupaten/ kota. Terlebih, ujar dia, sejumlah sumur warga bisa tercemar sehingga kurang layak dikonsumsi.

Terlebih,akibat intrusi air laut,debit air Sungai Musi juga berkurang. Di samping itu, berkurangnya debit air disebabkan operasional PLTA di Provinsi Bengkulu. Air yang dikelola tidak dikembalikan lagi ke Sungai Musi, tetapi dibuang ke laut. “Kita kan ingin mempercepat intrusi air laut ke daratan, termasuk bagaimana kita harus menanam di catchment area.

Kita juga sekarang sedang menghidupkan Sungai Komering sebagai upaya mengatasi banjir dan kekeringan,” tandas Budi. Lebih lanjut dia mengatakan, pada 2008 telah dianggarkan dalam APBD provinsi Rp58 miliar untuk Dinas Pengairan, termasuk salah satunya untuk konservasi daerah aliran sungai (DAS) dan anak-anak sungai yang rusak. Sebab, sumber air baku mutu di Sumsel berasal dari 10 sungai, seperti Sungai Musi, Batang Hari Leko, Rawas, Lakitan, Kelingi, Semangus dan lainnya. (siera syailendra)



Post Date : 23 Agustus 2008