Kualitas Air Tanah Kian Menurun

Sumber:Koran Sindo - 14 Mei 2009
Kategori:Air Minum

PALEMBANG (SI)- Perembesan air laut (intrusi) yang terjadi menyebabkan kualitas air tanah semakin menurun.Bahkan bila dibiarkan,warga bisa mengalami kesulitan memperoleh air tanah.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sumatera Selatan Akhmad Nadjib mengatakan,akibat kondisi lingkungan mulai banyak pengerusakan maka menyebabkan terjadi erosi yang dapat menurunkan kualitas air tanah. BLH Prov Sumsel menyatakan akan memperketat pengawasan penggunaan air tanah dan sungai. “Kita tak ingin kondisi air tanah seperti di Jakarta yang kualitasnya jauh menurun,” ungkap A Nadjib kepada SI di Palembang, kemarin.

Menurut dia, salah satu upaya pencegahan dengan pengawasan industri yang berada di bantaran Sungai Musi dengan memperketat baku mutu limbah sebelum dibuang ke sungai. Untuk itu, caranya, pengelolaan limbah harus standar dan tidak boleh melebihi baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Perhub No 18/2007 tentang kualitas air, harus dipatuhi dan diperketat. Meskipun begitu dia menilai kondisi Sungai Musi airnya masih layak diminum. Bahkan, tergolong bahan baku minum kelas 1. Tapi jika tak dijaga maka kualitas airnya akan menurun.

Apalagi jika ada intrusi air laut, menyebabkan baku mutu air Sungai Musi akan turun. Lebih lanjut dia menjelaskan, sebetulnya untuk tahu sudah ada intrusi air laut atau belum, bisa dilihat dari tanda-tanda alam. Yakni air laut sudah masuk ke sungai.Tanda-tanda tersebut sudah ada.Langkah antisipatif yang mungkin diambil dengan cara pengambilan air tanah atau sungai akan diawasi lebih ketat. “Pengambilan air tanah masih memungkinkan. Walau jumlah penduduk Palembang belum sepadat Jakarta tapi pengawasan perizinan harus dilakukan.

Pemerintah harus memberikan rekomendasi yang jelas.Misalnya untuk daerah-daerah tertentu tak mudah untuk memanfaatkan air tanah dan sungai,’’ kata Nadjib. Nadjib mengatakan, saat ini rekomendasi itu masih dalam pembahasan terkait perubahan Pergub 18/2007.“Memang kondisi air tanah dan sungai masih belum melampaui baku mutu limbah, tapi kita harus lihat ke depan. Jangan sampai terjadi seperti di Jakarta, intrusi air laut sudah sampai di bawah Monas,’’ tukas Nadjib.

Terpisah, Peneliti Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (Unsri) DR Edwar Saleh mengatakan, kualitas dan ketersediaan air tergantung pada kualitas daerah tangkapan air. Sehingga bila daerah tangkapan air sebagai sumber air telah rusak maka berdampak negatif.Dia menilai kondisi di lapangan pengrusakan hutan dan vegetasi kian mengancam akibat penebangan liar. Selain itu, lanjut Edwar, perilaku petani cenderung menanam tanaman semusim pada tanah dengan kemiringan tinggi. Cara ini dapat memperparah kerusakan daerah tangkapan air.

Kondisi itu akan menyebabkan daya dukung daerah tangkapan air menjadi menurun. Karena air hujan banyak tertampung di permukaan tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya erosi dan banjir.Dampak lainnya, kualitas air pada sumber-sumber air ikut menurun. (siera syailendra)



Post Date : 14 Mei 2009