Kualitas Air Sumur Rendah

Sumber:Koran Sindo - 31 Mei 2008
Kategori:Sanitasi

KULONPROGO(SINDO) – Kandungan bakteri Coliform pada air tanah di sejumlah sumur milik warga Kulonprogo di atas ambang normal toleransi kesehatan.

Setelah kualitas air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kulonprogo keruh dan banyak terdapat endapan kotor, kini giliran air sumur warga tak memenuhi standar kualitas kesehatan. Peneliti bagian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo Lilik Murdjiantono kepada SINDO kemarin menuturkan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 416/1990, kategori air bersih yang ideal hanya mengandung 50 bakteri Coliform dalam setiap 100 mililiter.

Namun,dari hasil penelitian Dinkes yang mengambil contoh air sumur milik warga secara acak di beberapa wilayah Kulonprogo, ternyata kandungan bakterinya terlalu tinggi. Sejumlah daerah ada yang berada pada kisaran 90-150 bakteri/100ml. Bahkan kandungan terendah bisa mencapai 2.000 bakteri.

”Secara bacteriologis, kandungan air ini memang kurang memenuhi syarat kesehatan,” jelas Lilik.Kandungan paling banyak berada di beberapa kecamatan yang terletak di kawasan selatan.Kondisi ini, lanjut dia,merupakan konsekuensi dari kondisi geografis, dengan arah aliran air menuju Samudra Indonesia. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Bantul yang merupakan daerah aliran dari Sleman dan Kota.

Tingginya kandungan juga banyak terjadi di wilayah Kecamatan Wates dan Pengasih dengan jumlah penduduk yang padat. Biasanya,kata Lilik,warga kurang sadar akan arti penting saluran sanitasi.Akibatnya air limbah rumah tangga ini banyak kembali masuk ke dalam sumur. Terlebih bagi sumur yang belum menggunakan dinding semen atau sumur tradisional . Idealnya, untuk menghindari meningkatnya kandungan ini warga harus melakukan pola hidup yang sehat, yakni dengan membangun saluran yang lebih permanen.

Jarak antara sumur dengan resapan septic tank minimal harus lebih dari 10 meter, untuk kondisi tanah.Namun untuk daerah pasir lebih jauh,atau mencapai 15 meter. ”Sepanjang air dimasak hingga mendidih, bakteri akan mati dan aman untuk dikonsumsi,” imbuhnya. Sedangkan dari kandungan kimiawi yang terdiri kekeruhan, derajat keasaman,fe,dan beberapa kandungan lain masih memenuhi kualitas. Kasi Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Retno Wahyuni menuturkan, dampak yang mungkin timbul dari tingginya kandungan bakteri tersebut adalah penyakit diare.

Saat musim penghujan, beberapa Kecamatan di Panjatan,Temon,Galur dan Lendah rawan terserang penyakit tersebut. Untuk menghindari ancaman ini,lanjut Retno,warga harus melakukan perbaikan kandungan dengan menambah zat kimiawi berupa larutan Kaporit. Kasi Pelayanan Masyarakat Yuwono Setyawan mengharapkan, masyarakat tidak resah dengan hasil penelitian tersebut. ”Yang paling penting adalah kesadaran warga untuk meningkatkan pola kesehatan dan rajin mencuci tangan dengan sabun,”sarannya. (kuntadi) 



Post Date : 31 Mei 2008