TANGERANG (SINDO) – Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang mensinyalir sebagian besar kualitas air minum dari depot isi ulang masih rendah. Hampir semua depot itu menggunakan alat penyaring yang tidak mempunyai batas waktu kedaluwarsa dan tidak sesuai dengan standar alat saring yang telah ditentukan. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang Hani Haryanto menjelaskan, dampak dari penyaringan air yang sudah kedaluwarsa bisa menyebabkan penyakit saluran pencernaan, seperti kencing batu dan diare.”Kondisi ini terbukti dengan masih banyak yang kami temukan bakteri coli dan coliform,”kata Hani Haryanto kemarin. Saat ini Dinkes sedang melakukan pendataan untuk menindak tegas para pengusaha depot tersebut. Berdasarkan data, sejak 1998 jumlah depot air minum isi ulang di Kabupaten Tangerang selalu bertambah sebanyak 30 depot setiap tahun.”Kami sudah data sejak 1998, jumlahnya sekitar 200-an. Namun, yang memiliki izin hanya sekitar 40 depot. Sisanya akan kita berikan surat teguran. Jika mereka membandel akan kita tutup,”lanjutnya. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tangerang mengatakan, depot air minum isi ulang adalah usaha kecil yang patut didukung karena bidang bisnis ini dapat membuka lapangan pekerjaan dan mempermudah akses bagi masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Namun, pertumbuhan depot ini harus mendapat pengawasan. ”Dalam hal ini, izin dan pengawasannya adalah tanggung jawab pemerintah,”terangnya. Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Tangerang Kurtubi Suud mengatakan,pemerintah harus menginventarisasi depot yang ada di Kabupaten Tangerang. ”Jangan sampai menunggu ada yang jatuh korban dahulu, baru diinventarisasi,”tegasnya. (denny irawan) |