JAKARTA (SI) – Air yang disediakan operator air bersih dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab tingkat kekeruhan masih tinggi dan dikhawatirkan menyebabkan penyakit.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Indah Suksmaningsih menyatakan, kualitas air tidak memenuhi persyaratan semestinya,baik tingkat kekeruhan maupun dampak dari endapan lumpur yang terbawa air.Masih buruknya kualitas air itu juga terlihat dari surat pengaduan pelanggan air yang dilaporkan ke YLKI.
Menurut dia,pelanggan air bersih terbebani dua tambahan karena air yang keruh itu yaitu biaya tagihan konsumsi air serta biaya pengobatan karena air yang keruh menyebabkan penyakit gatal maupun penyakit lainnya. Biaya tambahan lainnya adalah biaya pembersihan wadah penampung air yang kotor karena endapan lumpur.
“Operator menjual air tidak seperti yang dijanjikan yaitu air bersih tanpa cemaran apapun,”katanya. Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ida Bagus Nyoman Banjar menyatakan, Dinkes sebagai perwakilan pemprov selalu rutin melakukan pengambilan sampel terhadap air PAM.
Menurutnya, pengujian sampel dilakukan enam bulan sekali. Namun, ia tidak mengetahui apakah hasilnya menyatakan kualitas air masih buruk atau sudah bagus. Secara garis besar,kata Banjar, sampel menguji kualitas air secara kimiawi dan bakteriologi untuk mengetahui tingkat pencemaran.
Lokasi pengujian tidak hanya di penampungan air baku, tapi juga di sambungan pipa. Pengujian akan membuktikan apakah masih ada klorin dalam persentase di atas ambang batas yang tersisa dan tidak tersaring oleh operator.
Anggota Bidang Teknik Badan Regulator Pelayanan Air Minum (BRPAM) Firdaus Ali berkomentar, air keruh itu karena endapan di sambungan pipa dan pencemaran air baku. Dia mengklaim, air baku memang tercemar,namun setelah itu diolah lagi di instalasi pengolahan air (IPA).“Jika sudah masuk IPA,air sudah tidak tercemar,”katanya. (neneng zubaidah)
Post Date : 17 Juli 2009
|
