|
Solo, Kompas - Kualitas air Sungai Bengawan Solo melebihi ambang batas yang diizinkan. Hal ini diduga disebabkan tingginya pencemaran akibat aktivitas industri dan pertanian. Agar dapat digunakan sebagai bahan baku air minum, dibutuhkan pengolahan air secara intensif. Kepala Bagian Perencanaan Teknis Perum Jasa Tirta Joko Widodo di Solo, Jumat (13/4), mengatakan, dari hasil pengamatan Februari lalu di tujuh titik di daerah Surakarta, kualitas air sungai itu tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Dengan kualitas seperti itu, air di aliran Sungai Bengawan Solo juga kurang memenuhi syarat untuk budidaya perikanan air tawar dan pengairan tanaman. Kandungan kimia terlarut dalam air (chemical oxygen demand/COD) dari tujuh titik di Sungai Bengawan Solo jauh di atas ambang batas yang diizinkan untuk berbagai aktivitas. Ketujuh titik itu berada di Wonogiri, Serenan, Bacem, Jurug, Kemiri, Tangen, dan Kajangan, Di daerah Wonogiri, di hulu sungai, COD mencapai 36 miligram per liter (mg/l). Nilai baku air minum kriteria kelas I yang diizinkan 10 mg/l, kriteria kelas II untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pengairan tanaman, nilai baku yang diizinkan adalah 25 mg/l. Kondisi lebih parah ditemukan pada sampel dari titik di daerah perkotaan atau daerah industri seperti di Kemiri, Karanganyar, dan Kota Solo. Ini disebabkan oleh limbah industri tekstil. Angka COD tertinggi di Sungai Bengawan Solo didapati di titik di Bacem, yakni 56 mg/l. Nilai COD di Kemiri adalah 45 mg/l. Akibat kandungan kimia tersebut, kandungan bakteri juga melebihi ambang batas aman. Di Kemiri kandungan bakteri mencapai 13 mg/l dari batas yang diizinkan, yaitu 2 mg/l untuk kelas I dan 3 mg/l untuk kelas II. Rendahnya oksigen terlarut dalam air juga menjadi salah satu faktor penentu kualitas air. Kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO) yang diizinkan untuk kelas I ialah 6 mg/l dan 4 mg/l untuk kelas II. Nilai DO tes sampel adalah 3,9 mg/l. (LIA) Post Date : 14 April 2007 |