Kritis, Pasokan Air Bersih dan Pertanian

Sumber:Pikiran Rakyat - 23 Juli 2008
Kategori:Air Minum

SUMBER, (PR).- Debit air untuk keperluan pertanian dan air bersih warga di Kab. Indramayu dan Cirebon berada dalam titik kritis. Hal ini disebabkan Bendung Rentang di Kec. Jatitujuh, Kab. Majalengka kini terancam kering kerontang.

Dalam sepekan terakhir, debit air terus merosot hingga melewati ambang batas minimal 10 meter kubik/detik (m3/detik). Di sisi lain, suplai air dari bagian hulu Sungai Cimanuk, seperti Kab. Garut dan Sumedang, sangat kecil.

Laporan terakhir yang diperoleh "PR" dari Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWS Ciman-Cisang), Selasa (22/7), debit air di Bendung Rentang tinggal 5 m3/detik. Sepanjang musim kemarau tahun ini, ini merupakan debit air terendah yang melampaui ambang batas minimal.

"Dari laporan yang masuk, penurunan debit air terus berlangsung. Dalam tiga hari ini, yang tadinya di atas 5 m3/detik, sampai Selasa hari ini (kemarin-red.), sudah merosot hingga 4 m3/detik," kata Ir. Kasno, Kepala Seksi (Kasi) Operasi & Pemeliharaan BBWS Ciman-Cisang.

Disebutkan, penurunan debit air masih akan terus berlangsung. Bahkan, bukan tidak mungkin dalam beberapa pekan, Bendung Rentang akan mengalami kekeringan.

Dengan debit air yang ada, Bendung Rentang kesulitan untuk melayani dua saluran induk (SI). Masing-masing ke SI Sindupraja untuk wilayah timur Indramayu dan Cirebon, sebesar 3.059 m3/detik, sedangkan SI Cipelang untuk Indramayu tengah sebesar 2.207 m3/detik.

"Total debit air Bendung Rentang antara 5 sampai 6 m3/detik. Ini sudah melewati ambang batas minimal. Kami minta masyarakat memanfaatkan air seoptimal mungkin," kata dia.

Komposisi 9:7

Menyusul terus merosotnya debit air Bendung Rentang, BBWS Ciman-Cisang berusaha melakukan optimalisasi pembagian air. Guna memenuhi keinginan petani di wilayah Cirebon, jadwal gilir air mulai Senin (21/7) telah kembali direvisi.

Semula, jadwal gilir ditetapkan dengan komposisi 8:6,5, atau 8 hari Indramayu dan 6,5 hari Cirebon. Untuk awal pekan ini, kembali diubah dengan komposisi 9:7, atau 9 hari pengairan untuk Indramayu dan giliran pengairan di Cirebon selama 7 hari.

"Komposisi itu untuk memenuhi permintaan petani Cirebon. Di wilayah barat dan utara Cirebon, terdapat hamparan sawah yang terancam puso. Dengan komposisi itu, mudah-mudahan puso bisa dihindari," katanya.

Kasno menjelaskan, ratusan hektare sawah di Cirebon yang merupakan bagian hilir SI Sindupraja kini mengalami kekeringan parah dan padinya terancam puso.

Kekeringan itu, meliputi areal sawah di Kec. Kapetakan dan Suranenggala. Di daerah itu intake Kumpul Kuista PDAM juga sudah lumpuh total hingga tak bisa mengalirkan air bersih. (A-93)



Post Date : 23 Juli 2008