Sukabumi, Kompas - Produksi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Sukabumi kini hanya 258 liter per detik, menurun dari kondisi normal 450 liter per detik pada musim hujan. Akibatnya, pelayanan kepada 22.000 pelanggan mencapai titik kritis.
Kepala Bagian Hubungan Pelanggan PDAM Kota Sukabumi Asep Apudin, Rabu (7/10), mengatakan, selama Oktober air bersih yang terdistribusi kepada pelanggan memang kritis. "Oktober ini diperkirakan menjadi puncak musim kemarau sehingga debit air berada di titik terendah," kata Asep.
Selama ini PDAM mengandalkan pasokan air dari tiga sumber air, yakni Cinumpang, Kecamatan Kadudampit; Selaawi, Kecamatan Sukaraja; dan Cigadog, Kecamatan Sukabumi. Semua berada di Kabupaten Sukabumi. Pada musim hujan, Cinumpang bisa memasok air baku 250 liter per detik, tetapi kini anjlok hingga 193 liter per detik. Selaawi yang normalnya bisa menyumbang air baku 150 liter per detik sekarang hanya memasok 32 liter per detik. Sementara Cigadog yang biasanya memasok 50 liter per detik kini hanya memasok 33 liter per detik.
Dengan debit air yang tinggal 57 persen, sistem giliran menjadi solusi terakhir agar semua pelanggan tetap mendapatkan air bersih. Intan Nirmala (40), pelanggan PDAM di Jalan Lio Santa, Kelurahan Cikondang, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, menuturkan, air hanya mengalir dari pukul 17.00 hingga 24.00 tiap hari. Meski air terus mengalir ke rumah-rumah pada jam itu, volumenya sangat kecil.
Dengan pelayanan yang hanya pada pukul 17.00-24.00, bisa dikatakan terjadi jeda distribusi atau saat-saat tanpa pelayanan hingga 17 jam setiap hari. "Aliran airnya kecil. Kadang-kadang tempat penampungan yang kami sediakan juga tidak penuh," ujar Intan.
Air bersih dari PDAM oleh warga hanya digunakan untuk memasak dan mandi. "Untuk mencuci pakaian terpaksa menggunakan air kolam yang kurang bersih," katanya. Jeda 6-18 jam
Kepala Subbagian Pemasaran dan Pelayanan Langganan PDAM Kota Sukabumi Susi Siswayanti mengatakan, sistem giliran diberlakukan berbeda antara satu wilayah dan wilayah lain. "Jeda distribusinya 6-18 jam setiap hari," kata Susi.
Jeda distribusi terlama atau hingga 18 jam per hari antara lain terjadi untuk pelanggan di wilayah Kecamatan Baros, beberapa kelurahan di Kecamatan Citamiang, Jalan Bhayangkara, Jalan A Yani, Jalan Stasiun Timur, Jalan Tipar Gede, dan Jalan Gudang PT KA.
Susi mengatakan, pelanggan yang tidak bisa menyesuaikan dengan jeda distribusi yang lama biasanya meminta pendistribusian air menggunakan tangki. "Di beberapa perumahan, pelanggan menikmati distribusi dengan tangki 4.000 liter," kata Susi. Distribusi menggunakan tangki sebenarnya gratis, tetapi pelanggan kerap mengumpulkan uang untuk mengganti ongkos bahan bakar.
Catatan Kompas menunjukkan, turunnya debit air pada musim kemarau masih diperparah tingginya tingkat kebocoran pipa PDAM. Tingkat kebocoran pipa tahun ini sekitar 40 persen dari total debit air yang dialirkan. Tingkat kebocoran itu sudah ditekan melalui upaya perbaikan, dua tahun terakhir.
Pada 2007 tingkat kebocoran air masih 60 persen dari total debit air. Selain karena usia pipa yang sudah 80 tahun, jaringan pipa yang berada di bawah jalan raya juga mempercepat kebocoran. Ini, misalnya, terjadi pada jaringan dari Batu Karut, Selaawi, menuju penampungan di Jalan Bhayangkara. Semula jaringan itu di trotoar, tetapi karena jalan dilebarkan, posisi pipa menjadi di bawah permukaan jalan. (aha)
Post Date : 08 Oktober 2009
|