|
SALATIGA- Minimnya ketersediaan sumber air untuk memenuhi kebutuhan warga Salatiga menjadikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tidak mampu lagi menambah jumlah pelanggan. Terlebih, masih ada sekitar 7.000 calon pelanggan yang belum mendapatkan fasilitas air bersih dari PDAM. Menurut Direktur PDAM Salatiga Darminta SE MM, pihaknya sudah bernegoisasi dengan PDAM Kabupaten Semarang untuk memasukkan jumlah calon pelanggan itu menjadi pelanggannya. Namun pihak kabupaten mengaku tidak bisa, dengan alasan akan lebih fokus pada pengadaan air untuk Kabupaten Semarang. ''Kami tidak bisa memaksa. Karena itu, kami tidak bisa menambah pelanggan lagi,'' kata dia. Alasan klasik yang dikemukakan karena masalah keuangan sebagai penghambat. Paling tidak untuk bisa menambah instalasi pipa dan pengadaan air bersih diperlukan biaya sekitar Rp 18 miliar. ''Biaya itu realistis. Dari 7.000 calon pelanggan itu paling banyak ada di wilayah selatan, yakni di Kecamatan Argomulyo. Di kecamatan tersebut banyak dataran tinggi, sehingga diperlukan tekanan tinggi untuk bisa ke tujuan. Karena itu, diperlukan sebuah alat yang tidak murah dan perlu menambah instalasi pipa,'' paparnya. Optimalisasi Mata Air Sekarang ini sebagian warga di Kecamatan Argomulyo yang menjadi pelanggan PDAM Kabupaten Semarang kesulitan air. Sebab air yang didapatkan dari Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang sering disabotase. Maka dengan Rp 18 miliar, dia akan mengoptimalisasi seluruh mata air di Salatiga sebagai sumber air. Ke depan, PDAM Salatiga tidak menggantungkan pada mata air Senjoyo di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Sumber air Senjoyo yang kini dikelola PDAM Kabupaten Semarang tidak mampu memenuhi kebutuhan dua daerah sekaligus, yakni Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Bahkan, PDAM Kabupaten Semarang tidak lagi memberikan izin terkait dengan penambahan pengambilan air dari Sendang Senjoyo untuk wilayah Salatiga. Sumber air yang dipastikan tergarap yakni Kali Wedok, Kali Sombo, Kali Gethek, Kali Taman, dan Kali Benoyo, di Kelurahan Salatiga dan Kelurahan Kutowinangun. Debit air itu rata-rata 150 liter/detik. Sumber mata air tersebut diyakini mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Salatiga 20 tahun ke depan. ''Agar tidak krisis air, mau tidak mau kami harus mencari sumber air lagi untuk bisa mencukupi kebutuhan seluruh warga Salatiga,'' paparnya. (dky-37s) Post Date : 22 Agustus 2006 |