|
INDRAMAYU, (PR). Bencana kekeringan di Kabupaten Indramayu, mulai merembet pada terjadinya ancaman krisis pangan. Selain itu, semakin menyusutnya debit air yang masuk ke daerah setempat, warga di sejumlah desa, terutama yang jauh dari sumber air, mulai mengalami kekurangan air bersih. Menyusul semakin meluas dan parahnya kekeringan, muncul kekhawatiran kalau hal tersebut akan memengaruhi produksi pangan. Dari pantauan "PR", sampai Jumat (7/7), petani semakin dilanda kesulitan air sehingga sawah berizin tanam maupun yang non-izin sama-sama tidak memperoleh air secara memadai. Kondisi tersebut, rupanya mulai dimanfaatkan para spekulan yang menguasai distribusi dan pasar beras. Beras, sejak terjadi kekeringan, terus melonjak sampai pada harga tertinggi. Untuk kelas medium yang rata-rata dikonsumsi, kini sudah bertengger pada harga Rp 4.000,00/kg. Padahal pada pekan lalu, harga beras yang umumnya berasal dari varietas padi IR-64, masih pada kisaran Rp 3.500,00 sampai Rp 3.600,00/kg. "Ini lonjakan harga tertinggi dalam dua tahun pergerakan harga beras. Biasanya, untuk bisa sampai naik Rp 400,00/kg, butuh waktu tiga minggu, itu pun bila ada kondisi yang luar biasa," ujar rata-rata pedagang beras di Pasar Baru Indramayu dan Jatibarang. Kabulog Subdivre Indramayu, Drs. H. Dadang Edi Jumana saat dikonfirmasi membenarkan soal terjadinya kenaikan harga beras. Dituturkan, kekeringan dikhawatirkan akan berdampak pada terbatasnya produksi panen gadu. "Ada kekhawatiran produksi gadu jauh dari harapan, sehingga berdampak pada terjadinya ketidakseimbangan antara supply and demand. Kenaikan harga beras yang mencapai Rp 4.000,00/kg, bisa jadi salah satunya dipengaruhi oleh kekeringan," ujar dia. Krisis air Selain pangan, kekeringan juga mulai berdampak pada terjadi krisis air bersih. Ribuan warga di sejumlah desa dalam sepekan ini mengalami kesulitan memperoleh air bersih. Kesulitan air bersih mulai dirasakan sejumlah desa di Kec. Losarang, di antaranya Desa Krimun, Puntang, Jangga, Jumbleng, dan sekitarnya. Air PDAM praktis sudah tidak bisa lagi ngocor, sebab debitnya sudah tidak ada. "Sebenarnya sudah dua pekan kami merasakan kesulitan air bersih. Hanya dalam sepekan ini makin parah," ujar Carwan (48), warga Losarang. Untuk memenuhi air bersih, warga terpaksa membeli ke pedagang keliling harganya Rp 1.000,00/40 liter. Itu pun tidak mudah, sebab harus pesan lebih dulu, kalau tidak keburu habis karena rebutan dengan warga lainnya. Menurut warga, sudah dua minggu air tidak ngocor. PDAM juga tidak bisa memberi pelayanan, sebab debitnya sudah tidak ada. "PDAM berjanji akan memasok air lewat tangki, tapi sampai sekarang belum terealisasi," ujar warga. (A-93) Post Date : 08 Juli 2006 |