Krisis, Harga Air Melonjak

Sumber:Media Indonesia - 14 Juni 2011
Kategori:Air Minum

PULUHAN ribu warga Wonogiri, Jawa Te ngah (Jateng), bagian selatan, terutama di Kecamatan Paranggupito dan Giritontro sejak tiga pekan terakhir ini kekurangan air.

Bahkan, mereka terpaksa membeli air bersih dengan harga yang sangat tinggi dalam kisaran Rp100 ribu hingga Rp130 ribu per tangki dengan kapasitas 5.000 liter. Namun, bila membeli dari PDAM per tangkinya Rp80 ribu.

`'Celakanya kebutuhan air ini datang pada saat orang tua menyiapkan uang untuk kebutuhan sekolah sehingga cadangan singkong dan harta lain terpaksa mulai dijual,'' ungkap Sartono, warga Desa Song Bledek, Kecamatan Pracimantoro, ketika menanti truk tangki air, kemarin.

Saat ini, sejumlah desa di Kecamatan Paranggupito yang mengalami kekeringan adalah Song Bledek, Johunut, Ketos, Sambiharjo, Gudangharjo, Gunturharjo, dan Paranggupiro. Di Kecamatan Giritontro, ada lima desa yang kekeringan, yakni Tlogosari, Tlogoharjo, Jatirejo, Bayemharjo, dan Ngargoharjo.

Suparmi, 53, warga Dusun Ngasem, Desa/Kecamatan Paranggupito, mengaku selama dua pekan terakhir harus membeli dua tangki air. Lain halnya Surayem, 50, yang juga warga Ngasem mengatakan telah menyiapkan beberapa hal untuk menopang kebutuhan air bersih.

`'Kita upayakan kayu dulu yang dijual untuk mendapatkan air bersih. Tapi kalau kemaraunya panjang, ya nanti ternak pun terpaksa ikut dijual selain perhiasan,“ imbuh Surayem.

Warga sangat berharap truk tangki PDAM beroperasi maksimal sehingga mereka membeli air dengan harga yang lebih murah dari swasta. “PDAM Wonogiri mestinya turun ke desa, biar warga terbantu, bukan seperti ini, membeli air lebih dari Rp100 ribu,“ tukas Sukiman.

Menurut Camat Parang gupito Sariman, setiap hari ada delapan mobil tangki air bersih milik PDAM Wonogiri yang dioperasikan untuk memasok kebutuhan warga. Namun, jumlah itu jauh dari cukup.

Kekurangannya, tambahnya, ditutup sekitar 20 tangki hingga 30 tangki milik swasta yang beroperasi di delapan desa di Paranggupito. Pihak swasta menjualnya dengan harga yang sangat tinggi, yakni Rp100 ribu hingga Rp130 ribu per tangki.

Menunggu bantuan

Kekurangan air bersih juga menimpa korban erupsi Merapi di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jateng. Hal itu disebabkan bantuan pasokan air dari instansi pemerintah maupun swasta dihentikan sejak satu bulan lalu.

Krisis air bersih bagi warga di kawasan lereng gunung itu terjadi setiap musim kemarau. Untuk kebutuhan air, warga hanya menggantungkan dari tadah hujan.

`'Bagi warga yang secara ekonomi mampu tidak masalah. Karena mereka bisa membeli air yang ditawarkan pihak swasta. Akan tetapi, bagi penduduk miskin hal itu mustahil dan hanya menunggu bantuan,'' kata Kades Balerante Sukono, 50, kemarin.

Saat memasuki musim kemarau sekarang ini, lanjutnya, harga air di kawasan rawan bencana (KRB) Merapi itu telah mencapai Rp130 ribu per tangki. Meski harga mahal, warga terpaksa membeli air untuk kebutuhan rumah tangga dan hewan ternak.

Sejumlah daerah di Cilacap, Jateng, juga dilanda krisis air sejak sepekan terakhir karena tidak turun hujan. Warga sebagian wilayah itu sangat tergantung pada stok air hujan.

Daerah yang terancam kekurangan air bersih di antaranya adalah Kecamatan Kawunganten, Gandrungmangu, Patimuan, Sidareja, dan Jeruklegi. (JS/LD/MR/SS/N-1)



Post Date : 14 Juni 2011